REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA-- Ribuan balita di Kabupaten Majalengka masih mengalami stunting. Pemkab Majalengka pun fokus menekan angka itu dan mencegah munculnya kasus baru.
Sejumlah langkah juga disiapkan untuk menangani kasus stunting di Kabupaten Majalengka yang kini jumlahnya mencapai 3,12 persen. Penjabat (Pj) Bupati Majalengka Dedi Supandi mengatakan, pada 2023, kasus stunting di Kabupaten Majalengka mencapai 2.465 balita dari jumlah total yang diukur sebanyak 79.101 balita. Dia berharap, angka tersebut menurun setelah Survey Status Gizi Indonesia dilaksanakan di Majalengka.
‘’Kami sudah membentuk Tim Updater Data untuk mengupdate balita-balita di desa yang ditentukan untuk memastikan ada di situ. Nantinya, akan dijadikan sampel saat Survey Status Gizi Indonesia 2024 dilaksanakan di Majalengka,’’ ujar Dedi, Selasa (15/10/2024).
Pemkab Majalengka pun mengusung tema Menuju Majalengka Zero Stunting dalam Majalengka Berbicara (Mabar) volume ke-8 di Gedung Yudha Majalengka. Kegiatan itu menghadirkan Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Majalengka, Asri Febriantini, dan Dokter Spesialis Anak RSUD Majalengka, dr Ratih Eka Pujasariq, sebagai narasumber.
Dalam paparannya, Ratih mengatakan, deteksi dini adalah kunci mencegah stunting. Pasalnya, jika balita dinyatakan mengalami stunting maka termasuk kategori terlambat dalam pencegahannya. Namun, meski demikian, upaya untuk penanganannya tetap bisa dilaksanakan.
‘’Pencegahannya itu, yang jelas, nutrisi ibu hamil harus terpenuhi, karena stunting pada dasarnya akibat kekurangan nutrisi secara kronik, hingga akhirnya kenaikan berat badan maupun tinggi badannya tidak sesuai target dari anak-anak seusianya,’’ katanya.
Menurut Ratih, biasanya orang tua belum mengetahui anaknya mengalami indikasi stunting. Padahal, saat baru diketahui bahwa kenaikan berat badan anak tidak sesuai target, harus segera diintervensi melalui pemberian makanan tambahan agar kebutuhan nutrisinya tercukupi.
‘’Kemungkinannya bisa juga anak ini sakit, sehingga yang dimakannya tidak cukup untuk pertumbuhannya. Kalau tidak diintervensi, berat badannya akan berkurang terus, kemudian tubuhnya ini menurunkan kenaikan tinggi badan untuk menjaga keseimbangan status gizi baik, dan akhirnya menjadi gizi buruk lalu stunting,’’ paparnya.
Untuk itu, masyarakat diminta segera membawa anaknya ke dokter apabila kenaikan berat badan anaknya tidak sesuai target.
Menurut Ratih, stunting akan berdampak buruk, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, misalnya penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit. Sedangkan jangka panjangnya, penurunan fungsi kecerdasan.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Majalengka, Asri Febriantini, menyampaikan, terdapat 21 anggota Tim Updater Data. Para petugas tersebut mengupdate balita di desa-desa yang menjadi lokus untuk dilaporkan ke sistem yang telah disiapkan.
Hingga 11 Oktober 2024, progres pelaporan dari Tim Updater Data tersebut mencapai 96,29 persen. ‘’Pencapaian ini menduduki peringkat ketiga tertinggi di Jawa Barat. Dan Tim Updater Data Kabupaten Majalengka juga sejauh ini tidak ada kendala dalam menggunggah data ke sistem. Padahal, daerah lain rata-rata kesulitan saat mengunggah data tersebut atau ketika turun ke lapangan,’’ katanya.
Asri menambahkan, Pemkab Majalengka menurunkan camat, kepala desa, hingga puskesmas untuk mengawal Tim Updater Data. Hal itu untuk memastikan balita yang menjadi sasaran tersebut dikunjungi.
Asri berharap, hasil Survey Status Gizi Indonesia 2024 kasus stunting di Kabupaten Majalengka menurun. Dia pun optimistis, target nol persen kasus stunting di Kabupaten Majalengka bakal tercapai jika konvergensi penanganannya berjalan lancar.
Saat ini, Pemkab Majalengka menargetkan zero new stunting atau tidak ada kasus baru, dan menekan kasus stunting yang kini tersisa 3,12 persen. ‘’Kami menyasar remaja harus bebas anemia. Dan jika ditemukan ada remaja yang anemia maka langsung diintervensi. Selain itu, kami juga mendampingi ibu hamil untuk memastikan pemeriksaan minimal enam kali selama kehamilannya, dan bayi yang baru lahir diupayakan mendapat ASI eksklusif selama enam bulan,’’ katanya.