Rabu 30 Oct 2024 22:02 WIB

Saat Guru Honorer Memilih Pertamax untuk Menempuh Perjalanan Jauh ke Sekolah

Untuk menghemat bensin, guru olah raga ini memilih menginap di sekolah

Pelanggan mengisi Pertamax pada kendaraannya (Ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pelanggan mengisi Pertamax pada kendaraannya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Seorang guru laki-laki yang berpakaian jaket dan training, memarkirkan motor di halaman sekolah. Pria berperawakan tegap itu pun, berjalan ke ruang guru dengan wajah terlihat lelah. Ia kemudian mengambil segelas air minum dan terduduk.

Saat bel berbunyi, pria yang berprofesi sebagai guru olah raga itu mulai membariskan siswa di SMK 2 Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya untuk mengikuti olah raga di lapangan. Setelah selesai dua jam pelajaran, guru olah raga bernama A Septian (35 tahun) itu, mengajar ke kelas lainnya. Ia beristirahat sejenak, setelah mengajar beberapa kelas.

Baca Juga

Karena jarak tempuh rumah dan sekolahnya cukup jauh, setelah jam pelajarannya selesai, Septian memilih untuk menginap di kawasan sekolah. Septian menjelaskan, jarak dari rumahnya yang berlokasi di Kawalu Kota Tasikmalaya ke Cipatujah yang ada di daerah pinggiran memang cukup jauh. Bahkan, lokasi sekolahnya lebih dekat ke pantai dari pada ke kota. Untuk menghemat ongkos dan energi, Ia biasanya datang ke sekolah hari Senin kemudian menginap. Lalu, pada hari Rabu biasanya pulang karena tak ada jadwal mengajar.

"Kalau bolak-balik, selain capek kan bensinnya lumayan. Kalau ngebut dan tak macet, biasanya waktu tempuhnya sekitar 2 jam," ujar Septian kepada Republika.

Septian mengaku, sudah 7 tahun melakukan aktivitas yang sama menempuh perjalanan beberapa jam dengan menggunakan motor ke sekolahnya. Awalnya, ia menggunakan motor Jupiter. Kemudian, sekarang ganti menjadi motor matic NMax.

"Saya harus menginap di sekolah, untuk menghemat bensin agar biaya ongkosnya tak terlalu mahal. Soalnya, motor jenis apa pun saya selalu memilih membeli bensin Pertamax," kata guru yang masih bersatus guru honorer ini.

Menurutnya, bensin Pertamax memang lebih mahal, tapi ia memilih jenis ini agar motornya bisa lebih awet. Karena, kandungannya lebih bagus. Ia berprinsip, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Jadi, dari pada harus sering pergi ke bengkel mengeluarkan uang banyak, ia lebih baik merawat motornya agar awet dengan membeli bensin yang bagus walaupun sedikit mahal.

"Ya Alhamdulillah, sejauh ini meskipun saya masih berstatus guru honorer. Tapi masih bisa membeli Pertamax. Ya diatur-atur saja, dicukup-cukupkan. Yang penting, motor awet ga sering ke bengkel," katanya.

Septian mengatakan, selain baik untuk mesin motornya, ia meyakini dengan menggunakan Pertamax akan lebih ramah pada lingkungan. Karena, kalau mesin motor bagus dan terawat, maka knalpotnya tak akan sampai mengeluarkan asap. "Jadi ya, kalau sekarang banyak orang sibuk mendaftarkan diri agar bisa beli Pertalite, kalau saya santai saja. Malah kalau beli Pertamax kan enak biasanya tak mengantri," katanya.

Septian menjelaskan, mungkin sebagai guru honorer ada saja pihak yang meragukan dirinya pakai Pertamax. Karena, semua sudah bisa menebak berapa gaji yang diterima guru honorer setiap bulannya. Ia mengaku, memang tak hanya mengandalkan gaji dari guru saja tapi memiliki usaha sampingan. "Istri saya kerja dan saya ada penghasilan yang lain juga, jadi ya beli Pertamax buat saya justru bentuk antisipasi yaa.. jadi, ada saja buat membelinya," kata Septian.

Senada dengan Septian, seorang guru berstatus ASN di Kota Bandung, Arlan memilih Pertamax untuk kendaraanya. Memang harganya lebih mahal, tapi ia memilih menggunakan Pertamax untuk menjaga mesin kendaraannya. "Kendaraan saya, motor dan mobil semuanya pakai Pertamax. Kadang teman-teman ada saja yang nyingir karena guru pakai Pertamax," katanya.

Namun, kata Arlan, bagi dirinya menggunakan bensin Pertalite atau Pertamax merupakan pilihan, tergantung kebutuhannya apa. Membeli Pertamax, bukan hanya untuk orang kaya berpenghasilan tinggi saja. "Guru seperti saya pun bisa membeli Pertamax, kan yang penting memang niatnya ingin kendaraan awet. Kalau soal uang kan tergantung kita mengatur dengan skala prioritas ya," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement