REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Jalan Asia Afrika Bandung kini tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata sejarah, tetapi juga sebagai panggung hidup bagi para cosplayer yang mengekspresikan kreativitas mereka. Di balik kostum dan riasan yang memukau, komunitas cosplayer ini ternyata menyimpan banyak cerita.
Cosplayer ini membuktikan bahwa cosplay tak hanya sekadar hiburan. Namun, sebagai sarana transformasi kepribadian, ruang menemukan koneksi baru bahkan tempat untuk menemukan cinta.
Banyak cosplayer Jalan Asia Afrika mengaku mengalami perubahan besar dalam kepribadian mereka. Awalnya, mereka mengaku pemalu tapi setelah cosplay menjadi percaya diri. Aktivitas tersebut, memberi mereka keberanian untuk berinteraksi dengan orang lain dan melampaui batasan yang sebelumnya mereka miliki.
Menurut salah satu cosplayer, Andi, awalnya ia sulit berinteraksi dengan orang lain. Namun, setelah menjadi cosplayer, ia lebih percaya diri. “Awalnya saya introvert, sulit berinteraksi dengan orang lain. Tapi saat mengenakan kostum, saya merasa lebih percaya diri, seakan menjadi pribadi baru yang lebih bebas dan berani," katanya.
Bagi banyak cosplayer, cosplay menjadi terapi sosial yang membantu mereka menemukan sisi lain dari diri mereka dan berani tampil di depan umum. Dunia cosplay pun, bahkan bisa membawa cinta. Jadi, tak hanya sekedar kreativitas. Dunia cosplay pun, menghadirkan momen-momen spesial dan hubungan baru. Sehingga, tak sedikit yang menemukan jodoh atau membentuk persahabatan erat melalui komunitas ini.
Chandra, seorang cosplayer yang menemukan pasangannya di Jalan Asia Afrika, bertemu melalui komunitas cosplayer. “Kami bertemu karena sama-sama aktif di komunitas cosplay. Dari situ, kami sering cosplay bareng hingga akhirnya menjalin hubungan lebih serius. Dunia cosplay benar-benar mengubah hidup saya,” ujar Chandra.
Meskipun, dalam perjalanannya para cosplayer tidak selalu mulus. Tapi, dukungan dari komunitas menjadi dorongan besar. Bahkan, keluarga yang awalnya ragu perlahan ikut mendukung setelah melihat keseriusan mereka.
Silvi, seorang cosplayer yang memerankan hantu Jepang Kuchisake-onna mengatakan, awalnya keluarganya tidak mengerti apa itu cosplay. Bahkan, ia sempat ada penolakan karena dianggap sebagai peminta-minta. "Tapi setelah saya tunjukkan keseriusan saya, dan memberikan pengertian bahwa profesi yang digeluti sebagai seni, bukan sebagai pengemis mereka mulai mendukung," katanya.
Fenomena cosplayer di Jalan Asia Afrika ini, telah membawa angin segar bagi pariwisata kreatif Kota Bandung. Dukungan Pemerintah Kota Bandung dalam menyediakan ruang yang aman dan terorganisir bagi para cosplayer membuktikan bahwa seni jalanan bisa bertransformasi. Jalan Asia Afrika bukan hanya tempat berfoto, tetapi simbol inklusivitas, kreativitas, dan ruang bagi individu untuk mengekspresikan diri. Dari transformasi kepribadian hingga kisah cinta, cosplayer Bandung membuktikan bahwa di balik kostum dan riasan, ada cerita inspiratif yang layak dihargai.
Cosplayer Jalan Asia Afrika sendiri merupakan sebuah komunitas cosplayer yang atraksinya menjadi ikonik. Serta bisa mendatangkan wisatawan lokal maupun internasional. Berkat kreativitas dan semangat mereka, Jalan Asia Afrika kini menjadi simbol wisata kreatif dan inklusif kota Bandung.