REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Paguyuban Pasundan menggelar acara Silaturahmi Ba’da Idulfitri 1446 Hijriah secara hybrid di Aula Mandalasaba dr Djoendjoenan, Gedung Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatera No 41, Kota Bandung, Sabtu (12/4/2025).
Kegiatan yang dihadiri berbagai tokoh Sunda, yakni dari mulai Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, Wali Kota Bandung M Farhan, mantan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan hingga kejaksaan agung dan kejaksaan tinggi Jawa Barat. Hadir juga, para pemimpin BUMN dan BUMD, seluruh Pengurus Besar Paguyuban Pasundan, civitas akademika UNPAS, STIE, STKIP Pasundan serta seluruh kepala sekolah Pasundan ini, menjadi ajang memperkuat ukhuwah serta menegaskan peran strategis Paguyuban Pasundan dalam pembangunan nasional.
Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Prof, Dr.H.M. Didi Turmudzi M.Si menyampaikan pentingnya menggelar silaturahim dengan berbagai pihak untuk kemajuan Jawa Barat dan Bangsa Indonesia. Didi menilai, silaturahmi keluarga besar Paguyuban Pasundan ini sangat penting, karena di Jawa Barat ini, sedang mengalami beberapa permasalahan yakni ada empat krisis.
"Pertama krisis bahasa Sunda karena setelah diteliti ternyata di Bandung pada tahun 1960 itu ada budaya dominan Sunda dan kemudian tahun 1990 sudah tidak ini harus menjadi perhatian kita,” ujar Didi.
Menurut Didi, Bahasa menjadi masalah untuk entitas suatu bangsa dan juga etika. “Oleh karena itu kehadiran pak Gubernur Jawa Barat akan memotivasi bagi warga untuk kesadaran terhadap budayanya. Silaturahim ini terutama fokusnya untuk membahas krisis Bahasa serta krisis simbol yang hampir hilang,” katanya.
Prof Didi mengatakan pihaknya sepakat bekerja sama dengan Pemprov Jabar, akan membangun pusat budaya Sunda di Majalengka dekat Bandara Kertajati seluas hampir 50hektar.
“Kemudian krisis kepemimpinan informal, saat ini tidak kita kehilngan kepemimpinan informal padahal itu sangat penting. Paling tidak untuk pendekatan kepada masyarakat, karena paling tidak ada yang mengarahkan, apalagi saat ini kita disuguhkan berbagai tontonan yang mengerikan menakutkan dan menjijikan. Ini sangat bahaya untuk generasi muda,” tegas tokoh Sunda ini.
Salah satu yang bisa menjadi solusi permasalahn itu dikatakan Prof Didi yakni melalui pendekatan budaya lokal dan pendidikan budaya dan akhlak dan moral dalam pendidikan. Prof Didi mengatakan jika semua potensi itu ada di Paguyuban Pasundan yang memang sudah memiliki potensi sejarah.
“Bahkan Paguyuban Pasundan memiliki peran besar dalam membangun bangsa ini, bahkan sudah melahirkan pemimpinan bangsa dan tokoh masyarakat di Indonesia,” katanya.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengingatkan pentingnya pembangunan berbasis budaya lokal. Ia menyoroti pentingnya pelestarian lingkungan dan kearifan lokal dalam pembangunan di Jawa Barat.
“Jawa Barat kaya akan alam, jangan dirusak. Saya minta bupati dan wali kota menata ruang dengan baik dan menjaga tata lingkungan. Kita harus membangun kembali kepercayaan diri orang Sunda, dan itu bisa dimulai dari para pemimpin,” katanya.
Dedi berharap, Paguyuban Pasundan dan Universitas Pasundan (Unpas) dapat melahirkan pemimpin yang berkarakter Sunda dan peduli terhadap kelestarian lingkungan serta budaya.