Senin 05 May 2025 18:46 WIB

Ragam Penyebab Siswa Jabar Dibina di Barak Militer, Ada yang Tawuran hingga Telat Sekolah

R awalnya kaget pertama kali masuk barak militer untuk mengikuti pendidikan karakter

Rep: Ferry Bangkit Rizki / Red: Arie Lukihardianti
Siswa berada di barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat yang memiliki perilaku khusus seperti terlibat tawuran, terafiliasi geng motor, kecanduan permainan daring (game online), mabuk dan perilaku tidak terpuji lainnya menjalani program pendidikan karakter dan kedisiplinan selama 14 hari.
Foto: ANTARA FOTO/Abdan Syakura
Siswa berada di barak militer saat program pendidikan karakter dan kedisiplinan di Dodik Bela Negara Rindam III Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (5/5/2025). Ratusan siswa SMA/SMK dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat yang memiliki perilaku khusus seperti terlibat tawuran, terafiliasi geng motor, kecanduan permainan daring (game online), mabuk dan perilaku tidak terpuji lainnya menjalani program pendidikan karakter dan kedisiplinan selama 14 hari.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Program mengirim anak bermasalah ke barak militer akan terus dilakukan secara bertahap di Jawa Barat. Salah satu pesertanya adalah R (16) siswa SMA/SMK asal Sukabumi, Jawa Barat yang harus menjalani pembinaan langsung di barak militer Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) selama dua pekan.

Siswa laki-laki kelas XII itu harus menjalani pendidikan karakter usai terlibat masalah berupa tawuran. Atas izin orang tua, R akhirnya setuju digembleng langsung anggota TNI bersama ratusan siswa SMA/SMK lainnya dari berbagai daerah di Jawa Barat. Ia datang ke Barak Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi pada Senin (5/5). "(Ikut) Tawuran. Disuruh orang tua (ikut pendidikan karakter). Setuju aja," ujar R.

Baca Juga

Ia awalnya kaget pertama kali masuk barak militer untuk mengikuti pendidikan karakter. Meski begitu, R siap menjalani berbagai materi seputar bela negara, wawasan kebangsaan, pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), kedisiplinan, anti narkoba, pendidikan keagamaan dan lain-lain. "Awalnya kaget pas masuk ke sini. Tapi siap karena ingin lebih baik. Bawa pelengkapan baju," kata dia.

Siswa lainnya berinisial S (17) asal Purwakarta mengaku masuk barang militer atas keinginannya sendiri. Ia selama ini bermasalah dengan kedisiplinan di sekolahnya. "Gak disiplin, telat terus. Ke sini atas keinginan sendiri, orang tua setuju supaya berubah," kata S.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman menambahkan di gelombang pertama untuk siswa SMA/SMK ini pihaknya menyiapkan 350 kuota bagi anak-anak yang mengalami berbagai permasalahan di lingkungannya.

"Yang sudah itu ada 210 siswa dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat, kami siapkan untuk gelombang pertama 350. Mereka sudah mendapatkan izin dari orang tua secara lisan dan tertulis," kata Herman

Dirinya menjelaskan, dari berbagai materi yang disiapkan, pihaknya menyisihkan waktu sekitar dua jam bagi siswa untuk mengikuti materi pembelajaran formal seperti di sekolah. "Setiap hari ada 2 jam untuk pembelajaran formal sesuai kurikulum sekolah. Kami ingin pastikan anak-anak tidak ketinggalan pelajaran," ujar dia.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan, ada berbagai latar belakang masalah yang membuat ratusan siswa itu harus menjalani pendidikan karakter. Dari mulai siswa tawuran, kecanduan minuman keras, kecanduan game online, terlibat geng motor dan permasalahan kenakalan remaja lainnya.

"Sekarang yang datang ke sini secara umun ada yang kecanduan minuman, game online, paling banyak ML, kecanduan merokok, ada yang terlibat geng motor. Secara umum mereka itu punya kesadaran bahwa ingin berubah, dan di rumah mereka tidak bisa lagi berubah," kata Dedi.

Dia mengatakan, mengirim anak bermasalah ke barak militer akan terus dilakukan secara bertahap di Jawa Barat. Sebab Dedi mengklaim, semakin banyak orang tua yang ingin menitipkan anaknya untuk mengikuti pendidikan karakter ini.

"Nanti kita bikin gelombang, gelombang pertama misalnya 500, kedua 500, dan terus berkesinambungan dalam setahun tak berhenti. Akhirnya banyak sekarang yang berbondong-bondong nitip anaknya," ujar Dedi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement