REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba) memperingati hari jadinya yang ke-42 melalui prosesi Milad yang digelar di Aula Unisba pada Selasa, (24/6/2025). Kegiatan ini menjadi momentum refleksi dan apresiasi atas perjalanan panjang Fikom sejak resmi dikukuhkan pada 7 Juni 1983 sebagai lembaga penyelenggara Program Sarjana Ilmu Komunikasi.
Prosesi Milad ini turut dimeriahkan dengan Orasi Ilmiah oleh Dr. Anne Ratnasari, Dra., M.Si., dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Unisba. Selain itu, beragam kegiatan lomba juga digelar, serta bazar yang terbuka bagi seluruh sivitas akademika Unisba, menyajikan aneka makanan dengan harga yang murah dan terjangkau.
Dekan Fikom Unisba, Prof. Dr. Atie Rachmiatie, Dra., M.Si mengatakan, dalam setahun terakhir, Fikom mencatat prestasi membanggakan dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat. Tercatat 18 proposal dosen Fikom lolos pendanaan LPPM Unisba. Serta, 12 proposal lainnya memperoleh hibah dari Kemendikbudristek dengan total pendanaan mencapai Rp1,5 miliar.
"Prestasi mahasiswa pun turut mengharumkan nama Fikom di kancah internasional, seperti juara karate internasional, konferensi akademik di Vietnam, serta tampil sebagai pembicara pada International Youth Exchange bertema SDGs di Turki," ujar Prof Atie.
Prof Atie menilai, perjalanan 42 tahun Fikom penuh tantangan dan perjuangan. Namun, dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, seluruh sivitas akademika Fikom terus melangkah maju mewujudkan visi sebagai fakultas mandiri dan terkemuka di Asia pada 2033.
Prof Atie mengibaratkan, perkembangan Fikom seperti bangunan bertingkat tiga. Jadi, menandakan telah lengkapnya jenjang pendidikan mulai dari program sarjana (S1), magister (S2), hingga doktoral (S3) Ilmu Komunikasi di bawah naungan Fikom Unisba.
Menurut Prof Atie, usia 42 tahun mencerminkan kedewasaan, keteguhan arah, dan konsistensi dalam mencetak lulusan yang unggul secara akademis dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun, capaian tersebut bukan menjadi alasan untuk berpuas diri. Justru menjadi bahan renungan apakah semua pencapaian itu telah menyentuh permasalahan masyarakat, mencerminkan nilai-nilai Islam yang menyejukkan dan membawa manfaat nyata bagi umat.
Prof Atie menyampaikan sejumlah capaian penting Fikom. Di antaranya peningkatan jumlah guru besar dan lektor kepala, efektivitas studi mahasiswa di semua jenjang, serta penguatan kerja sama internasional yang kini menjangkau institusi di Asia, Eropa, dan Australia. "Internasionalisasi ini membuka peluang global bagi mahasiswa dan dosen, seperti partisipasi dalam konferensi, mobilitas internasional, kolaborasi riset, hingga publikasi bersama," katanya.
Prof Atie juga menekankan pentingnya perbaikan berkelanjutan dalam menjalankan Tridharma Perguruan Tinggi dan memperluas kerja sama strategis melalui kolaborasi pentahelix. Ia berharap Fikom dan Unisba dapat menjadi institusi yang maju dan menjadi rujukan nasional, didukung oleh keberadaan lima guru besar dengan karya yang membanggakan. “Kemajuan ini harus diraih bersama oleh seluruh sumber daya manusia, baik dosen junior maupun senior, serta didorong oleh kerja sama internasional yang telah dirintis menuju status sebagai world class university,” katanya.
Menurutnya, cita-cita tersebut tetap berakar pada nilai-nilai Islam yang diyakini sebagai nilai-nilai universal. “Kami berharap nilai-nilai hakiki dari Islam menjadi pegangan semua pihak dalam perjalanan keilmuan dan pengabdian kami ke depan,” katanya.
Sementara menurut Ketua Pelaksana Milad ke-42 Fikom, Sophia Novita, S.I.Kom., M.I.Kom, tema milad tahun ini adalah “Communication and Entrepreneurship Synergy.” Tema ini dipilih agar perayaan milad tidak hanya menjadi seremoni tahunan, tetapi juga menjadi momentum kebersamaan yang melibatkan seluruh keluarga besar Fikom—alumni, dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa.
Ia menjelaskan bahwa banyak mahasiswa Fikom telah memiliki usaha mandiri di berbagai bidang, seperti kuliner dan fesyen. Momentum milad ini menjadi ruang untuk menampilkan karya dan semangat kewirausahaan mereka kepada masyarakat.
“Mahasiswa komunikasi memiliki keunggulan dalam membangun narasi, memasarkan produk secara digital, menciptakan konten kreatif, hingga merancang kampanye media sosial yang efektif dan berdampak. Inilah kekuatan sinergi antara komunikasi dan kewirausahaan yang perlu terus dikembangkan,” kata Sophia.