REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG BARAT -- Pakar gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Dr. Irwan Meilano, ST, MSc memiliki pandangan perihal Sesar Lembang yang mengalami peningkatan aktivitas. Berdasarkan data BMKG, peningkatan seismik ada di Segmen Barat Sesar Lembang atau Segmen Cimeta.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB itu mengatakan, Patahan Lembang ini merupakan sesar yang aktif dan mungkin menghasilkan guncangan yang kekuatannya bervariasi tergantung jarak.
"Semakin jauh dari sesarnya, guncanganya semakin kecil kecuali di Kota Bandung yang kemungkinan ada amplifikasi yaitu penguatan guncangan gempa akibat kondisi lokal dan batuan, dan semakin selatan semakin kecil lagi," ujar Irwan, Jumat (22/8/2025).
Menurut Irwan, sudah banyak penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi kekuatan yang bisa ditimbulkan dari Sesar Lembang yang memanjang hingga 29 kilometer itu. Namun hingga saat ini kekuatannya magnitudonya masih samar.
"Di kalangan peneliti pun belum tuntas penelitiannya, magnitudo sudah dibahas di beberapa publikasi. Saya pernah menulis paper (jurnal ilmiah) dan menyimpulkan potensinya di atas 6. Kemudian peneliti yang lain ada yang mendukung ada yang berbeda, jadi itu sebenarnya di kalangan periset pun belum tuntas," kata Irwan.
Beruntungnya, Sesar Lembang menjadi salah satu sesar yang baik dikaji di Indonesia selain Sesar Sumatera. Sesar Lembang memiliki data morfologi yang cukup baik hingga data trenching atau kegiatan penggalian parit sempit yang cukup baik.
"Tetapi itu tidak cukup untuk memberikan kepada kita detail yang mengenai potensinya, jadi dibanding sumber gempa di Indonesia terutama Indonesia bagian timur," ujar Irwan.
Kemudian adanya data kontinuitas GPS untuk melihat pergerakan dari sesarnya sendiri, jadi kita perlu melihat pergerakan sesarnya sendiri. Kesimpulan yang diberikan bisa jadi tidak bisa menggambarkan apa yang sesungguhnya terjadi dan menjadi miss informasi.
"Kalau di Kota Bandung kita sudah harapkan bisa sampai 0,3 g atau bahasa kami itu 0,3 percepatan gravitasi dan itu sudah menjadi dasar peta gempa indonesia yang dibuat pusat studi gempa nasional dan publikasi resmi yang kemudian diakui banyak instansi karena yang membuatnya itu bersama termasuk kami dari ITB bekerjasama dengan BMKG, Badan Geologi dan BRIN," kata Irwan.
Namun dengan ancaman itu, kata dia, masyarakat khususnya di wilayah Bandung Raya harus memahami segala potensi dampak gempa dari sesar Lembang dan sesar aktif lainnya mengingat mereka tinggal di wilayah yang secara tektonik aktif.
"Masyarakat Bandung Raya ini tinggal di daerah yang mungkin mengalami gempa bumi. Untuk itu masyarakat harus memiliki kesadaran kolektif untuk menyiapkan hal-hal yang medasar apabila bencana itu terjadi," imbuh Irwan.
Irwan juga memberikan perhatian khusus pada peran pemerintah menghadapi potensi bencana Sesar Lembang. Semestinya pemerintah memiliki program yang lebih sistematis dan terstruktur menghadapi ancaman Sesar Lembang.
"Sebenarnya concern saya itu bukan di masyarakat, tapi di pemerintah. Agar pemerintah itu secara sistematis memiliki program untuk meningkatkan kapasitas pemerintahnya sendiri dan masyarakat, jadi jangan beban itu ada di masyarakat saja. Oleh karena itu pemerintah harus meningkatkan kapasitas organisasional dan kapasitas fiskal," papar Irwan.
Pemerintah memiliki peluang lebih banyak untuk membuat perencanaan wilayah harus dibangun dengan baik. Jangan cuma menuntut masyarakatnya yang berbuat sesuatu ketika menghadapi ancaman.
"Menurut saya harus ada dua pihak baik dari masyarakat maupun pemerintah yang berbuat. Pemerintah sebenarnya tidak abai namun belum menjadi prioritas saja menurut saya, oleh karena itu kita harus mengajak itu untuk menjadi prioritas," kata Irwan.