REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Detik-detik kemunculan gumpalan hitam yang beterbangan di Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat diceritakan Arip Kurniawan (27), salah seorang warga. Kemunculan gumpalan menyerupai busa itu menghebohkan warga.
Ia menuturkan, gumpalan itu muncul dan beterbangan di langit Subang pada Jumat (24/10/205) pagi. Seteah melayang-layang, gumpalan itu akhirnya jatuh ke area pemukiman dan sawah warga.
"Saya pertama kali lihat itu sekitar pukul 06.20 WIB. Saya pertama lihat itu di belakang rumah pada beterbangan hitam," ujar Arip saat dihubungi, Rabu (29/10/2025).
Namun saat itu ia tak menggubrisnya. Hanya setelahnya banyak warga yang membuat status mengenai kemunculan gumpalan seperti busa berwarna hitam itu. Setelah melihatnya langsung, menurutnya gumpalan itu memang seperti busa sabun. "Kaya busa sabun aja tapi warna hitam seperti di video. Bau sama panas," kata dia.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menanggapi kemunculan gumpalan hitam serupa busa yang beterbangan di langit Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang. Dia meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat melakukan investigasi menyeluruh agar tidak membuat warga resah.
"Gumpalan busa awan saya sudah minta, nanti tim DLH segera melakukan pengecekan. Kan itu tidak boleh disimpulkan gubernur," kata Dedi Mulyadi.
Terpisah, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan kemunculan gumpalan hitam yang beterbangan di wilayah Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat bukan fenomena alam. Kemunculan gumpalan hitam mirip busa itu viral di media sosial.
"Berdasarkan hasil kajian awal dari aspek meteorologi (data), fenomena tersebut tidak termasuk dalam kejadian alam yang disebabkan oleh proses cuaca, awan, maupun aktivitas atmosfer lainnya," Sementara itu Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu saat dikonfirmasi.
Dirinya melanjurkan, secara ilmiah, awan terbentuk dari proses kondensasi uap air di atmosfer dengan pola, ketinggian, dan karakteristik tertentu yang dapat diidentifikasi oleh citra satelit dan radar cuaca BMKG.
Sehingga menurut BMKG, gumpalan hitam yang melayang di Subang kemungkinan berasal dari aktivitas di permukaan bumi. Seperti dari proses industri, reaksi kimia limbah, atau aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan terbentuknya busa atau material ringan yang kemudian terangkat oleh angin.
"BMKG Jabar terus memantau kondisi cuaca dan atmosfer di wilayah Subang serta siap memberikan dukungan data, apabila diperlukan untuk kajian lebih lanjut oleh pihak berwenang," katanya.