REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG, – Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, menyatakan keinginannya untuk meninjau kajian terkait Bobibos, sebuah inovasi bahan bakar dari jerami, guna memastikan bahwa bahan bakar ini benar-benar ramah lingkungan. Hal ini disampaikannya di Gedung DPRD Jawa Barat, Bandung, pada Kamis (2/11).
Erwan mengungkapkan bahwa ia belum menerima laporan teknis mengenai bahan bakar dari jerami tersebut. Oleh karena itu, ia berencana meminta dinas terkait untuk melakukan kajian lebih lanjut. "Kita ingin memastikan apakah bahan bakar ini sudah melalui kajian yang baik, terutama terkait dampaknya terhadap lingkungan," ujarnya.
Bobibos, singkatan dari Bahan Bakar Original Buatan Indonesia Bos, merupakan inovasi dari PT Inti Sinergi Formula yang diperkenalkan di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bahan bakar ini dikembangkan dari limbah pertanian, khususnya jerami, yang selama ini kerap dibakar setelah panen.
Menurut informasi dari akun Instagram resmi Bobibos, proses produksinya melibatkan bioenergi dan suntikan serum khusus, mengubah jerami menjadi bahan bakar performa tinggi dengan Research Octane Number (RON) 98 dan rendah emisi, hampir mendekati nol.
Keunggulan Bobibos
Bobibos diklaim sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor energi. Dengan ketersediaan jerami yang melimpah, biaya produksi dapat ditekan, sehingga harga jual Bobibos diharapkan lebih kompetitif dibandingkan bahan bakar konvensional.
Produk ini tersedia dalam dua varian, bensin dan solar, yang cocok digunakan pada berbagai kendaraan dan mesin, seperti sepeda motor, mobil, traktor, hingga mesin industri rakyat. Beberapa keunggulan Bobibos antara lain memiliki RON 98,1, efisiensi jarak tempuh lebih baik, emisi gas buang rendah, dan performa mesin lebih stabil.
Inovasi ini juga memberikan nilai ekonomi baru bagi petani, karena limbah jerami yang sebelumnya tidak bernilai dapat diolah menjadi produk bernilai jual, memberi tambahan penghasilan bagi mereka.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.