REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA — Selama terjadi pandemi, dilaporkan sudah lebih dari sepuluh pesantren di wilayah Kabupaten Tasikmalaya dengan kasus Covid-19. Kasus klaster Covid-19 pesantren ini dikhawatirkan masih akan bertambah.
Terbaru, dilaporkan kasus Covid-19 dari salah satu pesantren di wilayah Kecamatan Salopa. Sebelumnya didapati ada 16 orang yang terkonfirmasi positif. Kemudian bertambah menjadi 21 orang. “Kemungkinan masih akan terus bertambah karena kita masih terus melakukan tracing (pelacakan),” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya Atang Sumardi, Selasa (16/3).
Menurut Atang, tes identifikasi Covid-19 baru dilakukan terhadap sekitar 32 orang. Sementara di pesantren tersebut ada ratusan santri.
Salah seorang pengasuh santri di pesantren itu, ustaz Uce, sebelumnya menjelaskan, awalnya ada sejumlah santri putri yang demam pada akhir Desember lalu. Kemudian ada beberapa orang yang menunjukkan gejala lain, seperti kehilangan daya penciuman (anosmia). Setelah dilakukan tes, ada 16 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Uce mengatakan, santri yang positif menjalani isolasi di pesantren. Dipisahkan dengan santri lainnya. Hingga Senin (15/3), menurut dia, ada sejumlah santri yang sudah selesai menjalani isolasi. Sementara delapan orang dilaporkan masih positif, dan sebelas orang lainnya menunggu hasil tes swab.
Ia mengaku tak mengetahui sumber awal penyebaran virus Covid-19 ini. Namun, ada dugaan terkait dengan kunjungan keluarga ke pesantren. “Mungkin itu faktor utamanya,” ujar Uce.
Wakil Bupati Tasikmalaya Deni Ramdani Sagara sudah meninjau pesantren di Kecamatan Salopa itu. Ia menilai, pihak pesantren sudah terbilang baik dalam upaya penanganan kasus Covid-19. Ketika ada santri yang bergejala, menurut dia, pihak pesantren terbuka dengan Satgas Penanganan Covid-19. Pesantren pun dinilai siap menjalankan isolasi ketika ada santri yang positif.
Meski demikian, Deni mengingatkan agar para pengurus pesantren tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) pencegahan penyebaran Covid-19.
Atang pun menekankan soal prokes, yang mesti diterapkan secara ketat. Salah satu yang menjadi sorotannya adalah soal prokes menjaga jarak fisik. “Yang terpenting dari (prokes) 3M atau 5M itu jaga jaraknya. Kalau kita sembrono, merasa tak akan terkena, ya susah. Apalagi ini (di pesantren potensi) kerumunan yang cukup besar,” kata Atang.