REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Anggota DPRD Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya, mengaku tak ingin peredaran beras impor masuk ke wilayahnya. Karena Jawa Barat diprediksi akan mengalami surplus produksi beras hingga 320 ribu ton.
"Jangan coba-coba beras impor itu dikirimkan dan dijual ke masyarakat Jawa Barat. Apalagi kalau dijualnya pun dengan harga yang murah," katanya saat dihubungi di Bogor, Kamis (18/3).
Anggota DPRD Jawa Barat asal Kabupaten Bogor itu memastikan petani beras asal Jawa Barat akan terdampak langsung saat ada beras impor masuk wilayahnya. "Petani di Jawa Barat bisa kena hantaman bertubi-tubi. Prinsipnya, kalau petani Jawa Barat sendiri sudah melimpah hasil panennya, maka warga di Jawa Barat pun dipastikan tak butuh impor beras," terang ketua Fraksi Partai Demokrat di DPRD Jawa Barat itu.
Ia mengatakan, pemerintah harus melakukan pertimbangan matang sebelum impor beras. Ia yakin surplus produksi beras di Jawa Barat bisa berkontribusi pada kebutuhan beras nasional. "Artinya akan ada sumbangan beras dari hasil petani di Jawa Barat untuk kebutuhan nasional. Komitmen untuk mengimpor beras setidaknya harus mempertimbangkan alasan yang sangat mendesak," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan, M Lutfi,menegaskan tidak ada niat pemerintah menurunkan harga petani terutama saat sedang panen raya. Sebagai contoh, katanya, harga gabah kering petani tidak diturunkan.
Ia berpendapat pemerintah mengimpor beras untuk mengantisipasi kelangkaan atau kenaikan harga tidak terjadi di saat pandemi ini. Ia juga menuturkan beras impor tidak akan digelontorkan ke pasar saat panen raya sekitar April 2021, tetapi untuk disimpan dan digunakan guna menambah iron stock. Adapun menurut Bulog, cadangan beras nasional sedang berlimpah.