Sabtu 20 Mar 2021 10:06 WIB

Mathla’ul Anwar Target Terbesar Setelah NU dan Muhammadiyah

Pengurus menargetkan Mathla’ul Anwar jadi ormas Islam yang lebih aktif di masyarakat,

Rep: Eva Rianti/ Red: Erik Purnama Putra
Logo ormas Islam, Mathla’ul Anwar.
Foto: Ist
Logo ormas Islam, Mathla’ul Anwar.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Mathla’ul Anwar menargetkan bisa menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam terbesar ketiga di Indonesia, setelah Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Target tersebut diharapkan bisa tercapai pada 2050 mendatang.

"Setidaknya sampai 2050, kami sudah merumuskan beberapa indikator yang harus dicapai, diantaranya menjadi ormas Islam terbesar ketiga. Pertama, NU, kedua, Muhammadiyah," ujar Ketua Bidang 1 PB Mathla’ul Anwar Mohammad Zen di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, Jumat (19/3).

Mathla’ul Anwar merupakan ormas Islam yang utamanya bergerak dalam bidang pendidikan. Ormas tersebut didirikan pada 10 Juli 1916 oleh KH Mohammad Yasin, KH TB Mohammad Sholeh, dan KH Mas Abdurrahman di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten. Kader Mathla'ul Anwar telah tersebar di seluruh provinsi dengan memiliki ribuan madrasah.

Mathla’ul Anwar, kata dia, saat ini, bertekad untuk bergerak menjadi ormas Islam yang lebih aktif di masyarakat, serta mulai terjun ke lingkup pemerintahan. Dia menargetkan, kader-kadernya untuk bisa melenggang ke tubuh pemerintahan dalam jajaran kabinet.

Adapun di lingkungan masyarakat, menurut Zen, pengurus Mathla’ul Anwar lebih menggandeng para alumni yang jumlahnya sekitar puluhan juta orang. "Ditargetkan 25 juta alumni itu terkoneksi, sehingga kebijakan Mathla’ul Anwar vibrasinya akan lebih mudah menyebar," jelas Zen.

Dia berharap, Mathla’ul Anwar sebagai ormas Islam bisa lebih menata dan merekatkan umat dengan konsep rahmatan lil’alamiin. Dalam hal ini, dia menekankan upaya dalam menghindari adanya polarisasi di tengah masyarakat yang hingga saat ini masih terjadi.

"Kalau bicara ormas pasti ada dua kubu. Umat dalam kondisi saat ini mengalami polarisasi. Kami tidak ingin membudayakan begitu," kata Zen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement