Rabu 30 Jun 2021 22:10 WIB

Kasus Anak terpapar Covid-19 di Jabar Capai 52.350 Orang

Dinkes mencatat total anak-anak terpapar Covid di Jawa Barat mencapai 52.350 orang

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Nina Susana Dewi, mengatakan kasus kelompok usia anak yang terpapar Covid-19 di wilayah Jawa Barat tercatat ada sebanyak 52.350 kasus. Nina mengatakan, anak yang terpapar Covid sebesar 14 persen dari total seluruh kasus Covid di Jawa Barat.

"Kalau kita jumlahkan sudah ada 52.350 kasus di Jabar," ujar Nina kepada wartawan, Rabu (30/6).

Baca Juga

Nina mengatakan, kalau dilihat perbandingan dengan kasus dewasa, kasus anak ini hampir 14 persen. Saat ini, kasus dewasa di Jabar keseluruhannya ada 368 ribu. "Nah, kalau lihat per minggu, kasus ini penambahannya 3.297, sekitar 3300 per minggu menambahnya yang anak," katanya.

Menurutnya, yang paling besar banyak terjangkit atau 77 persen anak usia sekolah. Kedua balita, bayi dan prasekolah. Daerah di Jabar yang kasus anaknya terbanyak ada di Kab Garut, Kota Depok, Kota Bandung dan Subang.

"Kalau vaksinasi (anak), Jabar sudah ada di dua wilayah Bogor dan Majalengka sebagai pilot project," katanya.

Sementara untuk tenaga kesehatan (Nakes) yang terpapar di data, kata dia, jumlah Nakes yang terpapar Covid 19 berdasarkan data sementara ada 1.081 yang terpapar dan yang meninggal 32. "Memang ini yang menyebabkan kinerja fasilitas kesehatan harus mengatur WFH dan sebagainya. Itu keterpaparan harus berlanjut. Harus mengatur SDM. Bantuan SDM dari pemda sangat membantu mereka," jelasnya.

Terkait sulitnya mencari ambulance, Nina mengatakan, saat ini semua tahu situasi kasus Covid 19 meningkat. Kalau di awal Mei, kasusnya melandai sekarang meningkatnya masif. 

"Karena di sekitar kita ada delta di RS, bukan hanya pasien membludak di IGD, pasien melimpah, di tenda juga gak masalah. Tapi ini berimbas pada kematian," katanya.

Ambulance, kata dia, menjadi sulit karena di Rumah Sakit  termasuk Puskesmas, kalau yang meninggal itu harus diantar ke pemakaman. "Itu di tempat pemakaamn juga sudah antre, sehingga kadang-kadang tidak kebagian ambulance untuk warga lain. Mobilisasi ambulance bukan main makanya susah," katanya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement