Jumat 02 Jul 2021 00:28 WIB

Satgas IDI: Plasma Konvalesen Hanya untuk Covid-19 Ringan

Bukti ilmiah menunjukkan plasma konvalesen tidak efektif untuk pasien Covid-19 berat.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Reiny Dwinanda
Perawat menunjukan plasma konvalesen milik pendoror yang merupakan penyintas Covid-19 yang selanjutnya diproses menjadi plasma konvalesen.
Foto:

Terapi plasma konvalesen adalah salah satu jenis pengobatan yang digunakan di banyak negara untuk menangani pasien Covid-19. Caranya ialah dengan memanfaatkan plasma darah dari pasien Covid-19 yang telah sembuh, karena dianggap memiliki antibodi terhadap virus.

Sementara itu, menurut dr Adam Prabata, plasma darah tidak menurunkan angka kematian dan tidak menunjukkan perbaikan kondisi klinis pada penerimanya. Dokter umum yang juga kandidat PhD di bidang Medical Science Kobe University, Jepang, itu merujuk pada beberapa hasil penelitian di luar negeri yang telah dipublikasikan di jurnal medis.

"Diduga karena kerusakan paru yang sudah terlalu parah pada pasien Covid-19 berat sehingga plasma konvalesen tidak memberikan efek," ujarnya melalui unggahan foto di akun Instagram-nya @adamprabata.

Hal yang sama juga berlaku bagi pasien Covid-19 bergejala sedang yang dirawat inap. Plasma konvalesen tidak mencegah perburukan kondisi pasien.

"Penelitian plasma konvalesen skala besar (melibatkan lebih dari 10 ribu pasien) di Inggris dihentikan, karena tidak terbukti menurunkan angka kematian," kata dia.

Meski demikian, Adam menyebut, hasil penelitian Infectious Diseases Society of America (IDSA) dan National Institutes of Health pada 2021 mengungkap bahwa plasma darah dengan titer antibodi yang tinggi akan bermanfaat bila diberikan pada fase awal penyakit. Terapi plasma konvalesen terbukti bermanfaat untuk mencegah munculnya Covid-19 berat bila diberikan kepada pasien usia tua dan sakit ringan.

"Pemberiannya kurang dari 72 jam setelah gejala muncul," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement