Selasa 13 Jul 2021 17:37 WIB

Puluhan Pasien Covid-19 di Tasikmalaya Meninggal Saat Isoman

Sebanyak 23 orang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri di Tasikmalaya.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andi Nur Aminah
Warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mencatat angka kematian akibat Covid-19 selama Juli 2021 sudah mencapai 80 kasus. Dari total kasus itu, sebanyak 23 orang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri (isoman).

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra mengakui cukup banyak pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isoman. Ia menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan pasien Covid-19 saat isoman. Namun, sebagian besar lantaran pasien tak lapor kepada aparat setempat saat menjalani isoman. "Mereka masih ada yang menyembunyikan kondisinya positif dan isoman. Masih malu," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/7).

Baca Juga

Akibatnya, petugas di lapangan tak bisa memantau kondisi pasien. Sebab, petugas tak mendapatkan laporan adanya warga yang isoman.

Asep menyontohkan, di lingkungan rumahnya juga terdapat kasus warga yang menyembunyikan hasil tes swab positif. Warga itu baru diketahui positif Covid-19 setelah meninggal dunia, sebelum dapat ditangani. "Sudah ada beberapa kasus yang menyembunyikan hasil tes swab positif. Padahal Covid-19 bukan aib," kata dia. 

Ia mengatakan, pihaknya akan terus menggencarkan edukasi terkait Covid-19 kepada masyarakat. Sebab, saat ini masih banyak masyarakat yang tak percaya Covid-19.

Sementara itu, di Kabupaten Garut kasus kematian akibat Covid-19 juga masih terus terjadi. Pada Senin (12/7), setidaknya terdapat enam pasien Covid-19 yang meninggal dunia. "Kalau di kita banyak meninggal di rumah sakit," kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Rita Sobariah.

Menurut dia, banyaknya pasien Covid-19 yang meninggal di rumah sakit bukan karena penanganan yang tak maksimal. Namun, banyak kasus pelaporan kondisi pasien Covid-19 yang terlambat. 

Ia menjelaskan, banyak kasus pasien yang menjalani isoman kondisinya memburuk. Namun, pasien itu terlambat dibawa ke puskesmas. "Jadi pasien ke puskesmas kondisi saturasinya rendah, bahkan ada juga pasien bergejala satu minggu di rumah belum ada laporan ke puskesmas. Ketika dibawa ke puskesmas itu positif dan saturasi rendah," ujar dia.

Kondisi seperti itu yang membuat penanganan kepada pasien Covid-19 terlambat. Alhasil, pasien meninggal dunia di rumah sakit. "Artinya edukasi ke masyarakat harus lebih baik, terutama ketika ada yang bergejala sesak atau saturasi menurun," kata Rita.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut per Senin, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di daerah itu berjumlah 21.399 kasus. Sebanyak 1.472 orang menjalani isolasi mandiri, 498 orang menjalani isolasi di rumah sakit, 18.458 orang telah sembuh, dan 971 orang meninggal dunia.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement