Kamis 26 Aug 2021 16:46 WIB

Sekolah Diminta Atasi Kerumunan saat Siswa Keluar

Pedagang makanan yang berjualan di depan sekolah salah satu sumber kerumunan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andi Nur Aminah
Penjual angkringan di lingkungan sekitar sekolah dikerumuni pelajar (ilustrasi)
Foto: rumah zakat
Penjual angkringan di lingkungan sekitar sekolah dikerumuni pelajar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pembelajaran tatap muka (PTM) para siswa di Kota Tasikmalaya telah berjalan lebih dari sepekan. Berdasarkan hasil evaluasi, masih terdapat catatan yang harus diperbaiki dalam pelaksanaan PTM.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Budiaman Sanusi mengatakan, saat ini sudah 100 persen sekolah tingkat SD dan SMP melaksankaan PTM. Menurut dia, sejauh ini tak ada masalah berarti dalam pelaksanaan PTM di sekolah.  "Sejauh ini berjalan baik, anak-anak sehat dan semangat. Mudah-mudahan bisa terus tatap muka," kata dia, Kamis (26/8).

Baca Juga

Hanya saja, menurut dia, masih ada laporan terjadinya kerumunan di depan sekolah setelah para siswa keluar. Sebab, di depan gerbang sekolah terdapat sejumlah pedagang makanan yang berjualan. 

Menurut Budiaman, pedagang di depan gerbang sekolah itu cukup sulit untuk ditertibkan. Pihak sekolah tak bisa melarang lantaran mereka berjualan di luar lingkungan sekolah. 

Karena itu, ia menyarankan sekolah dapat mengatur siswa keluar agar tidak sekaligus. "Misalnya ada sepuluh kelas, tak langsung semua keluar saat waktu selesai, tapi digilir per kelas," kata dia.

Budiaman menambahkan, para siswa juga harus diberi tahu agar langsung pulang ke rumahnya masing-masing usai keluar sekolah. Dengan begitu, kerumunan di depan sekolah dapat dihindari. "Kalau yang jualan itu susah dilarang. Itu kan urusan perut. Namun kita usahakan mencari teknis agar tidak berkerumun," kata dia.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id, di sejumlah sekolah memang masih terdapat kerumununan di depan gerbang sekolah. Selain para pedagang, orang tua siswa yang ingin mengantar-jemput anaknya juga masih berkerumun di depan gerbang sekolah. Sebab, para orang tua siswa tak diperkenankan masuk ke lingkungan sekolah

Sementara di Kabupaten Garut, Bupati Rudy Gunawan mengatakan, PTM yang sudah berjalan kurang lebih 10 hari berjalan lancar. Ia berterima kasih kepada para orang tua yang turut mendukung terlaksananya PTM para siswa di sekolah dengan aman.

Meskipun begitu, ia mengungkapkan tetap ada kekhawatiran terkait dengan paparan Covid-19. "Bukan dari sekolah ke rumah, melainkan dari rumah ke sekolah. Jadi jangan sampai Covid-19 di rumah dibawa ke sekolah. Jadi yang dikhawatirkan bukan dari sekolah ke rumah tapi dari rumah (ke sekolah), kan dia (siswa) di sekolah cuma tiga sampai empat jam selebihnya kan di rumah, nah di rumah itu harus ditetapkan steril," kata dia.

Di Kabupaten Tasikmalaya, pemerintah daerah setempat juga telah mengizinkan sekolah melaksanakan PTM secara terbatas per 23 Agustus. Namun, sekolah yang berada di desa berstatus zona merah (risiko tinggi) penyebaran Covid-19 belum boleh melaksanakan PTM.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tasikmalaya, Rudi Sonjaya mengatakan, Bupati Tasikmalaya sudah mengeluarkan instruksi terkait pelaksanaan PTM terbatas. Dalam instruksi tersebut, setiap satuan pendidikan kecuali PAUD, dapat melaksanakam PTM terbatas dengan siswa masuk maksimal 50 persen dari kapasitas. Untuk PAUD, maksimal siswa yang masuk 33 persen.

"Dalam instruksi, sekolah di desa zona merah belum boleh. Tapi di kita sudah tidak ada yang zona merah," kata Rudi, yang juga Koordinator Humas Satgas Covid-19 Kabupaten Tasikmalaya itu. 

Ia menambahkan, dinas terkait diminta terus melakukan pengawasan pelaksanaan PTM agar berjalan aman. Satgas di masing-masing wilayah juga diminta ikut mengawasi penerapan prokes dalam pelaksaan PTM di sekolah. "Ini baru berjalan tiga hari, tapi nanti akan terus dievaluasi," kata dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement