Jumat 17 Sep 2021 18:34 WIB

Hujan Mendadak Turun, Garam Siap Panen Hancur

Pengrajin pun harus mengulangi kembali proses pembentukan garam dari awal lagi.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Bilal Ramadhan
Pekerja mengumpulkan garam yang bisa dipanen di desa Tanjakan, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (16/9/2021). Petambak daerah tersebut mengaku produksi garam masih kurang maksimal akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Pekerja mengumpulkan garam yang bisa dipanen di desa Tanjakan, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (16/9/2021). Petambak daerah tersebut mengaku produksi garam masih kurang maksimal akibat kondisi cuaca yang tidak menentu.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Indramayu beberapa hari yang lalu membuat tambak garam siap panen menjadi hancur. Para petambak pun menanggung kerugian hingga ratusan juta rupiah.

Hal itu seperti yang dialami seorang petambak garam di Kecamatan Losarang, Robedi. Dia mengatakan, tambak garam miliknya seluas 20 hektare sudah siap panen. Namun, hujan deras yang tiba-tiba turun pada Selasa (14/9), membuat garam yang sudah terbentuk menjadi cair lagi akibat guyuran air hujan.

"Ya hancur semua, jadi gagal panen,’’ keluh Robedi kepada Republika, Jumat (17/9).

Robedi mengaku tidak menduga hujan deras tiba-tiba turun. Pasalnya, saat ini sebenarnya masih masuk musim kemarau. Robedi mengaku, saat ini sedang memperbaiki lahan tambaknya yang rusak akibat hujan deras itu.

Dia pun harus mengulang kembali dari awal proses pembentukan garam di tambak miliknya. Robedi mengatakan, harga garam saat ini sedang bagus.

Di tingkat petambak, harga garam mencapai Rp 600–Rp 700 per kg. Sedangkan di tingkat pengepul bisa mencapai Rp 800 per kg. Akibat gagal panen, dia menanggung kerugian puluhan juta rupiah.

Kondisi serupa dialami petambak asal Desa Tanjakan, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Rijanah. Dia mengatakan, akibat hujan deras beberapa hari yang lalu, garam siap panen miliknya pun hancur karena kembali mencair.

Rijanah memiliki lahan tambak garam seluas 25 hektare. Adapun produksi rata-rata setiap hektare tambak itu mencapai sekitar satu ton. "Kerugiannya kalau ditaksir sekitar ratusan juta, soalnya sudah siap panen,’’ tutur Rijanah.

Rijanah pun harus mengulangi kembali proses pembentukan garam dari awal lagi. Dia berharap, cuaca panas terus terjadi sebelum nanti masuk musim penghujan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement