Kamis 10 Feb 2022 11:47 WIB

Jabar Lakukan Trauma Healing ke Siswa SD Tilil yang Gurunya Dibunuh

Peristiwa itu berpotensi besar anak akan merasakan ketakutan dalam aktivitasnya.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Bunda Forum Anak Daerah Atalia Praratya Kamil.
Bunda Forum Anak Daerah Atalia Praratya Kamil.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar melakukan berbagai upaya untuk menghilangkan trauma siswa yang menyaksikan kasus pembunuhan guru di SD Tilil Sadang Serang Kota Bandung belum lama ini. Trauma healing sangat diperlukan mengingat peristiwa yang mereka lihat merupakan kejadian luar biasa dan tak pernah terbayang sebelumnya. Bila tidak dilakukan, maka berpotensi besar anak akan merasakan ketakutan dalam aktivitasnya.

Menurut Bunda Forum Anak Daerah (FAD) Jabar Atalia Praratya Ridwan Kamil, dirinya bersama pihak terkait akan melalukan trauma healing kepada sejumlah murid yang melihat peristiwa keji pembunuhan guru di SD Tilil Sadang Serang Kota Bandung tersebut.

"Saya mendorong dilakukannya trauma healing karena kejadian seperti itu tentu bukan kejadian yang setiap hari mereka lihat. Ini kejadian luar biasa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya dan akan membuat anak-anak ketakutan," ujar Atalia, kepada wartawan, Rabu petang (9/2/2022).

Tak hanya trauma healing, kata dia, pihaknya juga akan memberikan edukasi kepada anak terkait sikap saat melihat konflik atau bahkan mengalaminya. "Bagaimana kemudian kalau terjadi sesuatu yang mengancam jiwa mereka, apakah harus lari, teriak dan sebagainya, sekalian kita akan edukasi," katanya.

"Ini adalah gelap mata, jadi pendidikan agama di sini yang penting bagi semua pihak. Tidak saja bagi para pelaku yang saat ini mungkin sedang kita proses sedemikian rupa," kata Atalia.

Sebelumnya, Seorang guru berinisial AR (50 tahun) yang ditemukan tewas di halaman SD Tilil 032, Kota Bandung, Senin (8/2/2022). Polrestabes Bandung menduga pembunuhan tersebut,  aksi yang telah direncanakan oleh pelaku.

Menurut Kapolsek Coblong Kompol Nanang, AR ditusuk oleh mantan suaminya yang bernama Nano Mujianto (56) menggunakan pisau. Menurutnya  Nano sempat menunggu korban di gerbang SD tersebut sebelum melancarkan aksi keji tersebut.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement