Kamis 10 Feb 2022 12:23 WIB

Waspada Penularan Covid-19 di Bandung Lebih Cepat

Gejala terpapar Covid-19 yang ringan membuat masyarakat menganggapnya penyakit biasa.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Ahyani Raksanagara
Foto: Humas Kota Bandung
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Ahyani Raksanagara

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengingatkan masyarakat tentang penularan Covid-19 varian Omicron yang lebih cepat dibandingkan varian Delta. Oleh karena itu, masyarakat diminta memperketat protokol kesehatan dan meminimalisasi mobilitas.

Kepala Dinkes Kota Bandung dr Ahyani Raksanagara mengatakan, pemerintah pusat sudah mengingatkan bahwa terdapat varian Omicron yang perlu diwaspadai. Sebab, kecepatan penularan Omicron lebih cepat dibandingkan varian Delta.

Sejak ditemukan varian Omicron di Bandung, pihaknya sudah mempersiapkan bahwa akan terjadi gelombang penularan di Kota Bandung. Kondisi tersebut terjadi di tingkat nasional maupun Provinsi Jawa Barat.

"Waktu itu (Delta) naik pelan dari April naik pelan sampai ke puncak minggu ketiga Juli. Sekarang minggu ketiga Januari mendekati minggu kedua Februari sudah naik sangat cepat. Ini variannya apa, ini Covid-19 hanya dominan varian baru itu varian Omicron," ujarnya, Kamis (10/2/2022).

Dia mengatakan, penanganan terhadap masyarakat yang terpapar Covid-19 tetap sama namun hanya varian yang berbeda Omicron. Varian yang lebih cepat menular tersebut, namun dengan manifestasi klinik yang ringan.

"Kasus terkonfirmasi positif ini kemarin tanggal 9 kita dapat dari NAR seluruh Indonesia KTP Bandung itu ada di 740, hari kemarin," katanya.

Sebagian besar data tersebut ia mengatakan dari kontak erat, surveilans aktif dan screening terhadap warga yang akan melakukan perjalanan. Dia menuturkan, gejala terpapar Covid-19 yang ringan membuat masyarakat menganggap terkena penyakit biasa.

Pusat data dan informasi Covid-19 Kota Bandung mencatat jumlah konfirmasi aktif hingga Rabu (9/2/2022) kemarin mencapai 3.000 lebih kasus. Kondisi tersebut terus mengalami peningkatan sejak beberapa hari terakhir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement