Rabu 23 Feb 2022 13:45 WIB

Salman Ajak Mahasiswa ITB Bantu Teknologi Industri Rumahan Tapioka

Dengan mini screenhouse, tapioka lebih cepat kering dan kualitasnya juga maksimal. 

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Pekerja disalah satu usaha kecil menjemur bahan olahan dari singkong yang dibuat menjadi tepung tapioka di Cipambuan, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Foto: Prayogi/Republika.
Pekerja disalah satu usaha kecil menjemur bahan olahan dari singkong yang dibuat menjadi tepung tapioka di Cipambuan, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Industri rumahan menjadi salah satu jenis usaha mikro yang digeluti oleh banyak kalangan. Selain modal yang terjangkau, industri rumahan juga dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar. 

Namun, untuk menunjang keuntungan tersebut tentu diperlukan suatu metode yang bisa diaplikasikan. Agar, produktivitas industri tersebut jadi efektif dan efisien.

Oleh karena itu, menurut Ketua Kepala Teknologi Tepat Guna Rumah Amal, Abdul Aziz, pada akhir pekan lalu, Rumah Amal Salman bersama mahasiswa teknik mesin FTMD ITB melakukan kunjungan ke salah satu industri rumahan di Kampung Tarikolot, Bogor. 

Dalam kunjungan tersebut, kata Aziz, mahasiswa yang tergabung dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) melakukan sosialisasi sekaligus mengimplementasikan penggunaan teknologi  produksi tapioka kepada pelaku industri. 

"Ada 3 produk teknologi yang disosialisasikan. Yakni mesin perajang endapan sagu tapioka, mini screenhouse portable berbasis arduino, dan instalasi pengolahan ilmbah (IPAL) portable," ujar Aziz dalam siaran persnya, Rabu (23/2).

Rumah Amal Salman, kata dia, sebagai lembaga zakat yang juga memiliki konsentrasi pada program pengembangan teknologi menjadi penghubung antara kaum akademisi dengan desa. Sehingga, pihaknya mendampingi mahasiswa dalam pembuatan teknologi. Sekaligus, kata dia, menjadi pemodal awal dalam pembuatan produk teknologi untuk industri rumahan di desa. 

“Sudah saatnya mahasiswa mempertajam empati dan menerapkan keilmuannya untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh masyarakat, terutama industri rumahan di desa,” paparnya.

Keberhasilan dari kegiatan ini, kata dia, tidak terlepas dari pendampingan dan arahan Paguyuban Tarikolot dan Masyarakat Singkong Indonesia yang memang sudah lama memberdayakan para pelaku industri tapioka, tepatnya di Kelurahan Ciluar, Kota Bogor.

Salah satu pemilik industri rumahan, Gito mengatakan, sagu tapioka yang dikeringkan menggunakan mini screenhouse lebih cepat kering dan kualitasnya juga maksimal. 

Padahal, kata dia, alat pengering tersebut terbilang sederhana. Tapi, teknologi seperti ini memang sangat dibutuhkan oleh para pelaku industri rumahan. 

Apalagi, ketika memasuki musim penghujan, langit seringkali mendung dan tidak ada terik matahari. Sehingga, penjemuran tapioka bisa menghabiskan waktu hampir seharian. 

"Metode pengeringan manual akan berdampak pada produktivitas yang kurang. Dengan alat pengering bisa lebih cepat," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement