Kamis 02 Jun 2022 11:26 WIB

Telkom University Ajak Aktivis Masjid Syiar Pakai Komunikasi Visual

Perlu cara dan teknik tertentu dalam membuat DKV menarik di WAG Masjid.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Public Relations (DPR) Fakultas Komunikasi Bisnis (FKB) Telkom University (Tel-U), berdiskusi bersama belasan aktivis DKM di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kelurahan Sukawarna, di Masjid Al-Musthofa RW 3, Kelurahan Sukawarna, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. (Ilustrasi)
Foto: istimewa
Public Relations (DPR) Fakultas Komunikasi Bisnis (FKB) Telkom University (Tel-U), berdiskusi bersama belasan aktivis DKM di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kelurahan Sukawarna, di Masjid Al-Musthofa RW 3, Kelurahan Sukawarna, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aktivis dakwah di Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), terutama generasi mudanya, harus makin mendalami desain komunikasi visual. Sebab, perkembangan zaman telah menambah tuntutan saat bersyiar dan amar ma'ruf. 

Hal tersebut diungkapkan Aditya Ali, Dosen Digital Public Relations (DPR) Fakultas Komunikasi Bisnis (FKB) Telkom University (Tel-U), kepada belasan aktivis DKM di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kelurahan Sukawarna, di Masjid Al-Musthofa RW 3, Kelurahan Sukawarna, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Rabu (1/6/2022). 

"DKM sekarang masih syiar dengan cara lama, misal mengajak pengajian atau informasi meninggal menggunakan speaker. Tetapi cara-cara ini sekarang bertambah tool-nya, dan ini sesuai dengan tuntutan dari jamaahnya di era digital sekarang," ujar Aditya, saat acara Pengabdian Masyarakat (Abdimas) DPR FKB Tel-U Semester I 2022 bersama MUI Kelurahan Sukawarna. 

Dari pihak MUI, hadir Ketua H Cucu Ahmad Mudzakir beserta para pengurus yang mewakili antara lain DKM Aljihad, Almusthofa, Baitul Amanah, Alakhlaq, Baitul Makmur Al-Mubarokah, serta Majlis Taklim Khoirun Nisa. 

Aditya mengatakan, tool tersebut umumnya bertumpu ke desain komunikasi visual (DKV) secara digital. Sebab, keterlekatan masyarakat ke ponsel cerdas sudah sedemikian tinggi, sehingga komunikasi dan interaksi pun berbasis DKV.    

"Secara teori maupun praktik, DKV itu lebih mudah menarik perhatian sekaligus diingat oleh jamaah. Akan tetapi, perlu cara dan teknik tertentu dalam membuat DKV menarik di WAG Masjid misalnya, tidak bisa asal-asalan," katanya. 

Menurut Aditya, desain e-poster menarik itu tidak harus terlalu banyak tulisan disampaikan apalagi caption bisa ditulis setelah poster dibagikan. Warna dan jenis huruf pun harus benar-benar diperhitungkan matang. 

"Untuk membuat desain menarik dan informatif itu bisa diawali paling mudah dengan jurus ATM, yakni Amati, Tiru, dan Modifikasi dari e-poster menarik yang sudah ada. Kalau benar-benar dari nol, maka butuh waktu tidak sebentar," katanya. 

Muhammad Sufyan Abdurrahman, Dosen DPR, yang juga pemateri dalam Abdimas mengatakan, merujuk hasil disertasinya, kekuatan e-poster membuat salah satu DKM di Kabupaten Bandung Barat berhasil kumpulkan donasi Ramadhan Rp 50 juta lebih dalam dua hari. 

"Ternyata, e-poster itu saling diteruskan dari jamaah ke WAG lainnya, sehingga kas DKM tahu-tahu penuh. Ini sudah keniscayaan karena tak hanya Islam, agama Nasrani dan Yahudi pun memanfatakan medium digital secara optimal," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement