Sabtu 25 Jun 2022 07:05 WIB

Ikhtiar Pedagang Ternak Sambut Momen Idul Adha

Pedagang berupaya menjaga kondisi ternak agar siap untuk dijual.

Rep: Bayu Adji P, Dea Alvi Soraya/ Red: Irfan Fitrat
Pegawai memberi makan sapi di lapak penjualan hewan kurban Jalan Letnan Harun, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, Kamis (23/6/2022). Sejumlah lapak di daerah itu menerapkan aturan lebih ketat selama terjadi wabah PMK. 
Foto:

Sementara Ilham (28), pedagang di lapak ternak kawasan Jalan Ir H Juanda, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, mengaku menjual sapi yang didatangkan dari Madura. Menurut dia, sapi itu sudah disertai surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Namun, belum tentu kondisinya dipastikan benar-benar sehat.

“Setelah sapi datang beberapa hari, ada yang terlihat sakit. Sapi itu mengeluarkan liur terus. Meski itu sebenarnya biasa, tapi karena sekarang sedang wabah (PMK), saya jadi takut. Takutnya nular ke semua (ternak),” katanya.

Melihat kondisi tersebut, Ilham mengaku langsung menghubungi dinas terkait. Petugas kesehatan hewan kemudian meminta sapi yang bergejala seperti terkena PMK itu dipisahkan dari ternak lainnya. Dari total 50 sapi, ada enam yang dipisahkan sementara.

Menurut Ilham, sapi-sapi tersebut kini sudah sembuh. Penyembuhannya dinilai terbilang cepat, hanya sekitar sepekan. “Diberikan obat dari dinas. Lalu obat itu dicampur dengan ramuan tradisional, seperti kunyit, gula merah, dan air kelapa. Itu buat meningkatkan daya tahan dan nafsu makan sapi,” ujar Ilham.

photo
Hewan yang sudah dicek kondisi kesehatannya oleh Tim Pemeriksa Hewan Kurban Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung diberi kartu kode batang (barcode), yang terhubung pada aplikasi e-Selamat. (Dea Alvi Soraya/Republika)
 

Di Kota Bandung, salah satu tempat penjualan hewan untuk kebutuhan kurban berada di kawasan Jalan Soekarno-Hatta, Cinambo. Ganjar (43), yang mengaku sebagai pedagang ternak musiman, menawarkan sapi yang didatangkan dari Pati, Jateng. Ia mengeklaim seluruh sapi disertai SKKH, baik dari wilayah asal maupun Kota Bandung. “Kita juga rutin cek kesehatan (ternak), kasih vitamin,” kata dia, Kamis.

Sejauh ini, dari 64 sapi yang disediakan, 25 ekor sudah laku. Ganjar menyebut dagangannya ini laku lebih awal ketimbang biasanya. “Ada (peningkatan penjualan) sekitar 10 sampai 20 persen. Tahun ini lebih cepat penjualannya. Orang pada survei susah, barang rebutan. Apalagi harus ada surat ini itu, ribet lagi ngurusnya. Kalau kita kan sudah siapin dari lama, stok kita aman, enggak ada kendala,” ujarnya.

Ganjar berharap tingkat penjualan ternak tetap tinggi, meskipun di tengah wabah PMK. Saat kondisi pandemi lalu pun, kata dia, penjualan ternaknya bisa melebihi target. Dari target 100 ekor, bisa terjual 150.

Sekarang ini, Ganjar mengaku berupaya memberikan pemahaman kepada para calon pembeli soal PMK. “Harus bisa menjelaskan kepada pembeli, menjelaskan PMK, ciri-ciri PMK itu apa, bahayanya itu apa. Kita juga jelaskan kalau kita punya SKKH dan ikuti imbauan dari Dinas Pertanian dan Peternakan soal pemberian antibiotik, pengadaan disinfektan, semprot kandang, dan lainnya,” kata dia.

Sementara Herman, yang juga berjualan ternak di kawasan Cinambo, Kota Bandung, mengaku dagangannya belum banyak yang laku. Ia menjual domba asal Bandung, Majalaya, dan Ciparay. Ia berupaya memastikan ternak yang dijualnya ini tetap sehat agar siap dijual ketika ada yang berminat. “Semoga yang mau kurban banyak lagi, biar peternak juga bisa maju, bisa sedikit-sedikit cari nafkah. Masyarakat yang ingin membeli juga silakan datang langsung untuk lihat kondisi hewannya,” ujar dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement