REPUBLIKA.CO.ID, Fitri (18 tahun) sama sekali tidak menduga api akan melalap habis rumahnya pagi tadi. Tak hanya Fitri, empat rumah lainnya juga hangus dilalap si jago merah. Saat kejadian, dia mengaku tidak sedang berada di rumah, karena sedang bekerja.
Saat menerima kabar, Fitri mengaku, hanya memikirkan nasib sang buah hati, Nayla yang kini menginjak usia 8 bulan. Fitri mengatakan, saat ia bekerja, bisanya Nayla akan diasuh oleh sang ibunda.
Namun nahasnya, ketika kobaran api menyambar rumah Fitri, sang ibunda justru tidak sedang berada di tempat, dan meninggalkan Nayla yang saat itu tengah tertidur pulas seorang diri.
“Aku panik, pas sampai rumah udah kebakar, untungnya Nayla diselametin tetangga. Ibu aku engga tau kemana, katanya lagi ke warung,” kata Fitri saat ditemui Republika di lokasi kejadian, Sabtu (25/6/2022).
Ibu satu anak yang kesehariannya berprofesi sebagai buruh kupas bawang putih di Pasar Caringin ini mengaku tidak sempat menyelamatkan barang apapun. Menurutnya, keselamatan sang anak jauh lebih penting. Begitu ditemui Republika, Fitri tak kuasa menahan tangis meratapi maut yang hampir merenggut nyawa Nayla.
“Aku engga bisa bayangin kak, untung anak selamet. Aku engga punya apa-apa lagi selain dia (Nayla), dulu kakaknya meninggal waktu umur 2 tahun 3 bulan karena prematur, aku juga udah cerai sama suami. Cuma Nayla aja yang aku punya sekarang,” rintih Fitri di sela-sela tangisnya.
Dia menduga, api muncul dari rumah yang berada persis di depan rumah Fitri. Meski begitu, dia mengaku, tidak mengetahui dengan pasti penyebab kemunculan api.
“Apinya dari rumah di depan rumah aku. Katanya sih lagi masak terus kelupaan dimatiin terus kena gas, tapi belum tau juga. Itu dari omongan tetangga aja,” kata dia.
Perempuan asli Kota Bandung ini mengaku belum tau akan tinggal dimana setelah api melalap habis rumahnya. Namun dia mengatakan tetap bersyukur karena nyawa sang buah hati dapat terselamatkan.
“Kalau aku ga apa apa tidur di pinggir jalan, tapi kasian dia (Nayla). Tadi aku udah hubungi keluarga orang tua, kemungkinan nanti ngungsi kesana,” ujar Fitri.
Saat Republika meninjau langsung lokasi kebakaran, terlihat beberapa orang tengah menyelamatkan beberapa barang mereka yang tersisa dari ganasnya si jago merah. Kepulan asap sisa-sisa kejadian naas itu juga masih terlihat, begitu juga puing-puing yang telah menghitam imbas lalapan api.
Rumah Fitri maupun rumah korban lainnya memang tergolong sangat berdekatan bahkan bisa dibilang tidak berjarak. Hal ini pula yang diprediksikan membuat api semakin mudah menyebar.
Wakil komandan Pleton 1 Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kota Bandung Gunawan Suryadi memastikan tidak ada korban jiwa dari kejadian ini. Meski begitu, kebakaran diperkirakan menimbulkan kerugian yang cukup besar, khususnya bagi 13 kepala keluarga, atau sekitar 46 jiwa yang menjadi korban dari peristiwa naas ini.
“Api berhasil dipadamkan sekitar pukul 11.00 WIB, yang terbakar 5 rumah, korban 13 KK, 46 Jiwa. Informasi pertama datang dari pak ahmad ketua RT mendapatkan laporan warga bahwa rumah warga terbakar. Untuk penyebab belum disimpulkan, mungkin nanti penyelidikan lebih lanjut,” kata Gunawan saat ditemui Republika di lokasi kejadian, Sabtu (25/6/2022).
Gunawan mengatakan, seluruh rumah yang terbakar adalah bangunan semi permanen, yang meskipun telah berdinding permanen namun disinyalir tidak terlalu kokoh. Selain itu, kondisi rumah, tempat terjadinya kebakaran, yang sangat berhimpitan dengan rumah lain membuat jalur penyebaran api menjadi sangat cepat.
“Rumahnya permanen cuman emang kekuatannya kurang, dari tiang-tiangnya,, jadi banyaknya cuman bata-bata saja. Bisa dibilang ini mungkin semi permanen, karena kekuatannya emang rapuh saya lihat,” ujarnya.
“Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa. Untuk kerugian masih dalam penyelidikan, belum ada kalkulasinya.” imbuhnya.