Senin 17 Oct 2022 15:33 WIB

7,59 Persen Balita di Kota Bandung Derita Stunting

Penekanan angka stunting, ktelah diintensifkan sejak 2019, melalui Bandung Tanginas.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah relawan Ojek Makanan Balita (Omaba) memasak untuk kebutuhan makanan balita di Cisaranten Kidul, Bandung, Jawa Barat. Program Omaba yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Bandung tersebut bertujuan untuk memberikan makanan bergizi secara gratis kepada balita dari keluarga kurang mampu guna mencegah stunting.
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Sejumlah relawan Ojek Makanan Balita (Omaba) memasak untuk kebutuhan makanan balita di Cisaranten Kidul, Bandung, Jawa Barat. Program Omaba yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Bandung tersebut bertujuan untuk memberikan makanan bergizi secara gratis kepada balita dari keluarga kurang mampu guna mencegah stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Stunting masih menjadi salah satu masalah prioritas Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung. Berdasarkan data e-PPGBM tahun 2021 tercatat sebanyak 7.568 atau 7,59 persen balita yang mengalami stunting di Kota Bandung. 

Untuk mengakselerasi penanganan masalah ini, Pemkot Bandung membentuk Tim Audit Kasus Stunting (AKS) melalui Keputusan Wali Kota Bandung Nomor 800/Kep.850-DPPKB/2022. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung, Dewi Kania Sari di kantornya pada Senin (17/10/2022)

"Berdasarkan data SSGI tahun 2021 menunjukkan, prevalensi stunting di Kota Bandung sejumlah 26,40 persen," ujar Dewi.

Dewi mengatakan, dalam setahun setidaknya Pemkot Bandung perlu melakukan audit stunting sebanyak dua kali. Pada audit pertama, pengambilan data dilakukan dari dua kecamatan dan kelurahan, yaitu Kecamatan Babakan Ciparay, Kelurahan Margahayu Utara, dan Kecamatan Bandung Kidul, Kelurahan Kujangsari. 

Dipilihnya empat lokasi ini, imbuh Dewi, karena data prevalensi stunting di sana masih tergolong tinggi. Adapun sasaran yang diaudit terdiri dari calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, baduta berisiko stunting yang telah dianalisis oleh masing-masing tim pakar. “Hasilnya akan dipaparkan hari ini," imbuhnya.

Ketua TP PKK Kota Bandung, Yunimar Mulyana menyampaikan, stunting bukan hanya mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, tapi juga perkembangan lainnya. Upaya penekanan angka stunting, kata dia, sejatinya telah diintensifkan sejak 2019, melalui Bandung Tanginas.

“Kita sudah turun ke semua kecamatan," papar Yunimar.

 Sejak 2019 Pemkot Bandung bekerja sama dengan Baznas untuk menyediakan makanan siap santap bergizi di 15 kelurahan lokus stunting. Program ini terus bertambah hingga 2021, sebanyak 151 kelurahan telah tersasar Bandung Tanginas. 

Tahun ini, Pemkot Bandung akan kembali bekerja sama dengan Baznas melalui program pemberdayaan keluarga tanginas. Dalam kerja sama lanjutan ini, keluarga tanginas bukan hanya akan mendapatkan bantuan, tapi juga pendampingan. 

Selain program Bandung Tanginas, Pemkot Bandung juga akan meluncurkan program pemberdayaan Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber) di setiap kelurahan. Akan ada 755 sasaran yang jadi penerima manfaat dari program budikdamber. Keluarga tersebut juga akan mendapatkan pendampingan intens. 

“Sehingga kita tidak hanya membagikan, tapi ada pendampingan sampai mereka paham dan berhasil," imbuh Yunimar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement