Rabu 19 Oct 2022 17:24 WIB

RSHS Telah Rawat 12 Pasien Gangguan Ginjal Akut

Rata-rata yang dirawat adalah anak di bawah 6 tahun, meski ada yang usia 16 tahun.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
ilustrasi Pasien gagal ginjal
Foto: Antrara/Destyan Sujarwoko
ilustrasi Pasien gagal ginjal

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung hingga saat ini sudah merawat 12 pasien gangguan ginjal akut. Menurut Staf KSM Ilmu Kesehatan Anak RSHS Prof Dr Dany Hilmanto dr SpAK, tiga di antaranya masih dirawat. Sementara sisanya sudah pulang dan bahkan seorang pasien hari ini sudah diperbolehkan pulang.

"Umumnya gangguan ginjal itu kan ada dua. Yakni, ada penyakit ginjal kronik dan ada gangguan ginjal akut," ujar Dany dalam konferensi pers di RSHS Bandung, Selasa Rabu (19/10).

Dany menjelaskan, gangguan ginjal akut itu apabila penurunan fungsi ginjal terjadi secara mendadak dan umumnya ditandai dengan adanya pengurangan buang air kecil dan peningkatan kadar kreatinin dalam darah. "Itu yang paling utama," katanya.

Untuk gangguan gagal ginjal akut ini, kata dia, penyebabnya memang belum diketahui. "Kita telusuri bolak-balik (penyakit) apa nih kok tiba-tiba seperti ini. Apalagi kita dengar dari teman-teman kita di seluruh Indonesia seperti itu (informasi yang beredar, red)," katanya.

Jadi, pihaknya pun lebih konsen terhadap hal ini. Tapi, pihaknya sudah mengusulkan kepada pengurus pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia juga kepada Kementerian Kesehatan.

"Walaupun ini tidak diketahui penyebabnya, tapi kita sedapat mungkin harus mengetahui," katanya.

Hal ini agar, kata Dany, para dokter bisa  mengantisipasi sejak awal. Selain itu, untuk mencegah ke arah yang lebih parah. 

Menurutnya, ada beberapa tipe gangguan gagal ginjal. Ada yang masih bisa diobati, kalau sudah lanjut bisa ada yang harus cuci darah, dan kalau sudah akut bisa menimbulkan kemarian.

"Sebetulnya kalau gangguan ginjal biasa, kita sudah ada SOP-nya. Setelah ada gelaran, diobservasi, dan bisa langsung ditindak. Kalau gangguan ginjal akut ini kan kita belum tahu penyebabnya," kata Dany.

Dany menyebutkan, rata-rata yang dirawat adalah anak di bawah 6 tahun, meski ada di antaranya yang usia 16 tahun.

Dany pun mengimbau masyarakat, jika ada anak yang mengalami demam batuk pilek, diare memanjang lebih 7 hari, hati-hati segera berobat ke dokter.  Tenaga kesehatan sudah diberi petunjuk untuk melakukan pemeriksaan kreatinin.

"Perhatikan juga jika anak semakin berkurang pipinya. Misalnya anak kan pake diapers, liat apakah diapersnya basah atau kering. Kalau kering hatus diwaspadai," katanya.

Terkait dengan informasi yang meluas di masyarakat tentang penggunaan obat-obatan tertentu, kata dia, masyarakat tidak perlu panik. Selama digunakan dalam dosis yang terukur.

"Misalnya, paracetamol itu kita bisa gunakan sesuai anjuran dan tidak atau jangan keseringan, maka itu tidak apa-apa," katanya.

Karena, kata dia, kalau digunakan berlebihan maka akan mengakibatkan toksisitas dan ginjal kerjanya berat. Serta, hampir semua obat dimetabolisme di ginjal. 

"Jadi kalau dia terlalu berlebihan tidak sesuai dengan dosis yang kita anjurkan ya ginjalnya berat. Nanti ginjaln ya mengalami kelelahan," katanya.

Dokter Spesialis Anak RSHS Bandung, Dr Ahmedz Widiasta Sp A(K) mengimbau, masyarakat untuk memeriksa urine anaknya secara berkala. "Jadi dari pemeriksaan urin tersebut bisa terdeteksi jika ada apa-apa dengan ginjalnya. Jangan sampai sudah akut baru berobat," katanya.

Hal ini juga, kata dia, terjadi pada pasien gangguan ginjal akut. Ada beberapa yang datang sudah dalam posisi akut. Padahal, sama kelinik atau dokternya saat pemeriksaan awal sudah dirujuk untuk diperiksa lanjut dan dibawa ke RSHS. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement