REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor mengeluarkan Surat Edaran terkait tanggap darurat bencana di lingkungan sekolah. Surat tersebut berisikan imbauan kepada sekolah untuk memulangkan siswanya lebih awal ketika kondisi cuaca ekstrem.
Kepala Disdik Kota Bogor, Hanafi, mengatakan, surat tersebut telah dibuat pada 17 Oktober 2022. Namun, pihaknya telah melakukan imbauan melalui pesan singkat WhatsApp sebelum surat dikeluarkan.
“Kita juga sudah mengimbau secara info melalui WhatsApp group menghadapi kondisi ekstrem maka dimungkinkan anak-anak bisa pulang lebih cepat yang bila mana menghadapi kondisi ekstrem,” kata Hanafi, Kamis (20/10).
Hanafi menjelaskan, pemulangan siswa lebih awal bisa dilakukan dengan mengurangi durasi jam pelajaran. Namun, dia menegaskan, kegiatan beljar mengajar tetap berjalan normal apabila kondisi cuaca sedang baik.
“Kalau satu jam pelajaran 40 menit bisa dikurangi 10 menit. Tapi kalau kondisi (cuaca) bagus jangan dipulangkan lebih cepat,” kata Hanafi.
Dia menegaskan, imbauan tersebut dilakukan dalam mempertimbangkan keselamatan siswa ketika pulang sekolah. Sebab, dikhawatirkan terjadi bencana dalam perjalanan pulang siswa ketika cuaca ekstrem.
"Kan cuaca ekstrem bisa dirasakan oleh warga yang diperlu dipikirkan anak pulang sekolah ke rumah kan perlu waktu pejalanan kalau sudah melihat kondisi ekstrem yang kenapa tidak dimungkinkan pulang lebih cepat gitu tapi tidak mengurangi subtansi yang disampaikan kepada anak," ujarnya.
Bahkan, tambah Hanafi, sempat ada sekolah yang memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) kepada siswanya pada pekan lalu. Lantaran sekolah tersebut berada di pinggir aliran Sungai Ciliwung.
“Kekhawatiran kepala sekolah kepada anak-anak minta ijin sama kami untuk PJJ sampai Sabtu kemarin, sekarang aktif lagi,” tuturnya.
Di samping itu, pihaknya juga meminta kepada seluruh sekolah di Kota Bogor untuk mengurangi kegiatan di luar bagi siswanya. Terutama di ruang terbuka yang berpotensi terjadi bencana alam.
"Yang berikutnya tidak melakukan kegiatan pembelajaran di luar. Kemping, LDK mengurangi kegiatan di luar pembelajaran di luar sekolah. Tapi kunjungan museum ya gapapa juga. Kalau kemping, LDK di puncak alam-alam terbuka, tidak dulu sambil menyesuaikan kondisi," pungkasnya.