REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sebuah bangunan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) di Blok Timol, Desa Pranggong, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu, ambruk setelah diguyur hujan deras dan angin kencang. Beruntung, tidak ada korban jiwa karena peristiwa itu terjadi pada malam hari.
Berdasarkan pantauan Republika, Kamis (8/12), ambruknya bangunan MDTA Bhidayatun Nihayah itu terjadi pada salah satu dari empat ruang kelasnya. Ruang kelas tersebut ambruk hingga hampir rata dengan tanah.
Sedangkan tiga ruang kelas lainnya yang berdampingan, kondisinya juga sangat memprihatinkan dan dikhawatirkan ikut ambruk. Untuk itu, pihak madrasah memutuskan untuk mengosongkan seluruh ruang kelas yang tersisa.
Sebanyak 50 santri madrasah dari kelas satu, dua, tiga dan empat, terpaksa digabung menjadi satu. Mereka menempati bangunan bekas warung yang ada di lingkungan madrasah.
Kepala MDTA Bhidayatun Nihayah, Wahyudi, menjelaskan, bangunan madrasah ambruk saat hujan deras dan angin kencang menerjang pada Sabtu (3/12) bada Isya. Tanda-tanda bangunan akan ambruk memang sudah terlihat sebelumnya pada dinding yang sudah retak-retak.
"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa karena kejadiannya malam hari, tidak ada anak didik yang beraktivitas," ujar Wahyudi.
Wahyudi mengatakan, madrasah Bhidayatun Nihayah pertama kali dibangun pada 2003. Seiring berjalannya waktu, bangunan madrasah mengalami kerusakan dan sempat direnovasi pada 2018.
Wahyudi mengungkapkan, madrasah rencananya akan dibangun kembali di lahan wakaf dekat masjid desa setempat. Namun, dia mengakui, tidak memiliki biaya untuk membangun madrasah yang baru tersebut.
Wahyudi menambahkan, di MDTA Bhidayatun Nihayah ada empat orang guru yang mengajar di masing-masing kelas. Namun, sudah setahun terakhir ini, honor guru madrasah dari Pemkab Indramayu tak kunjung cair.
"Honor guru Rp 300 ribu per bulan. Sekarang sudah setahun honornya belum cair," ujar Wahyudi.
Sementara itu, salah seorang santri kelas empat MDTA Bhidayatun Nihayah, Adel, mengaku, sedih melihat tempat belajarnya kini ambruk. Dia pun merasa tidak nyaman belajar di ruang bekas warung karena sempit dan terasa panas.
"Pengennya madrasah dibangun lagi, biar belajar bisa nyaman," tandas Adel.