Jumat 23 Dec 2022 16:45 WIB

Pembelajaran Darurat di Sekolah Terdampak Gempa Cianjur, Dimulai

Memulihkan pembelajaran tidak mudah karena belum semua perangkat tersedia.

Rep: Riga Nurul Iman / Red: Agus Yulianto
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim (kedua kanan) melihat sekolah rusak di Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). Kunjungan itu untuk meninjau sekolah yang rusak akibat gempa berkekuatan 5,6 SR di wilayah Kabupaten Cianjur. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim (kedua kanan) melihat sekolah rusak di Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). Kunjungan itu untuk meninjau sekolah yang rusak akibat gempa berkekuatan 5,6 SR di wilayah Kabupaten Cianjur. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang terdampak bencana gempa Kabupaten Cianjur mulai digelar sejak 19 Desember 2022 lalu. Di mana proses belajar ada yang di tenda maupun bangunan sekolah yang masih bisa digunakan.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur menyebutkan, jumlah fasilitas pendidikan yang rusak akibat gempa hingga 21 Desember 2022 mencapai 701 unit. Di mana ratusan fasilitas pendidikan yang rusak itu mayoritas adalah sarana sekolah baik jenjang dasar hingga menengah.

"Kegiatan membangkitkan semangat terutama di lingkup disdik dengan memulai kegiatan pembelajaaran secara utuh sejak 19 Desember sudah dimulai," ujar Plt Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur Akib Ibrahim, Jumat (23/12/2022). 

Meskipun diakuinya, memulihkan pembelajaran tidak mudah karena belum semua perangkat tersedia. Namun, lanjut Akib, dengan kehadiran berbagai NGO, kemendiknas dan KCD Disdik Jabar saling berkolaborasi. Harapannya agar pemberlajaran anak bisa terpenuhi.

Sebelumnya, kata Akib, fasilitas bagi sekolah terkena dampak gempa telah dibuat pemetaan. Selanjutnya dilakukan pembelajaran darurat dengan menyiapkan tenda.

Di mana untuk tingkat SMP semuanya sudah terpenuhi dan SD masih kekurangan begituppun untuk jenjang PAUD. Seningga, yang kekurangan tersebut bisa dibantu dan sumbernya bisa dari mana saja

Selain tenda ungkap Akib, pihaknta mendorong sekolah menyiapkan ruangan belajar yang masih bisa dipergunakan. Misalnya, untuk sekolah rusak ringan bisa diperbaiki oleh lingkungan secara gotong royong.

Di sisi lain lanjut Akib, pihaknya menunggu komitmen pemerintah pusat yang akan membangun sekolah rusak berat. Informasinya Kementrisn PUPR membutuhkan waktu tiga bulan dalam pelaksanaan perbaikan.

Intinya, sambung Akib, selama menunggu bangunan sekolah diperbaiki sekolan menyiapkan tempat pembelajaran darurat. Sehingga anak-anak bisa tetap belajar menuntut ilmu di sekolah.

Terkait usulan relokasi sekolah di kawasan yang masuk zona berbahaya lanjut Akib sudah diusulkan. Namun perlu waktu karena ada kondisi tanah baru dan koordinasi berbagai pihak dan anggaran untuk menyiapkan tempat.

Di samping itu kata Akib, menunggu proses tim ahli bidang terkait dalam proses relokasi. Namun yang terpenting sekarang ini seluruh pembelajaran berjalan dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement