Kamis 29 Dec 2022 17:12 WIB

Relawan: Sembako, Baju dan Sampah Jadi Masalah Serius Korban Gempa Cianjur

Baju yang sudah terlampau banyak justru hanya menjadi gunungan pakaian bekas.

Warga korban gempa Cianjur beraktivitas di tenda pengungsian di Desa Cibulakan, Cuenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (27/12/2022). Sebulan setelah terjadi gempa Cianjur pada 21 November 2022 lalu, sejumlah warga memilih bertahan di tenda pengungsian hingga mendapatkan bantuan dana stimulan perbaikan rumah dari pemerintah. Sementara pemerintah akan fokus membangun kembali hunian warga serta infrastruktur yang rusak dengan target rampung pada Junin2023 mendatang. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga korban gempa Cianjur beraktivitas di tenda pengungsian di Desa Cibulakan, Cuenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (27/12/2022). Sebulan setelah terjadi gempa Cianjur pada 21 November 2022 lalu, sejumlah warga memilih bertahan di tenda pengungsian hingga mendapatkan bantuan dana stimulan perbaikan rumah dari pemerintah. Sementara pemerintah akan fokus membangun kembali hunian warga serta infrastruktur yang rusak dengan target rampung pada Junin2023 mendatang. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) menyebutkan, banyak bantuan baju dan sampah yang ditumpuk di sejumlah titik saat ini, menjadi masalah serius bagi korban gempa bumi Cianjur.

"Budaya di sini sampah itu ditimbun. Kasus lain lagi adalah tumpukan pakaian bekas. Di sini kami, makanya sarankan jangan beri bantuan pakaian bekas. Jangan seakan seperti menguras pakaian di rumah," kata Relawan SAR MDMC Satriyo di Cianjur, Kamis (29/12/2022).

Satriyo menuturkan, bahwa Desa Sukamulya, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, itu sudah masuk ke dalam zona oranye atau daerah dengan kategori hampir mendekati bahaya.

Kondisi tersebut membuat banyak masyarakat antusias membantu korban gempa. Sayangnya, bantuan seperti baju yang sudah terlampau banyak justru hanya menjadi gunungan pakaian bekas tidak tersentuh di pengungsian.

Meski para relawan sudah bekerja keras untuk memisahkan setiap pakaian sesuai dengan jenis gender dan usia, bantuan pakaian terus berdatangan. Begitu tiba, para korban hanya mengambil seperlunya dan jika tersisa, tidak ada yang mengambilnya.

Menurutnya, bantuan pakaian yang banyak datang dalam karung memicu pemikiran bahwa pakaian itu hanyalah pakaian bekas. Sehingga, pihaknya mulai menerapkan setiap sembako pakaian yang datang diusahakan sudah dalam bentuk paket dan di cuci dengan bersih supaya distribusi lebih mudah dan bersih.

"Makanya, kita kalau di sini dipisahkan dulu dan dipilihkan sesuai SPEK atau aturan yang berlaku dari asesmen baru dibagikan. Tapi itu saja masih sisa," ujarnya.

Relawan MDMC Budi Ucil justru mengatakan, kalau belum ada kementerian/lembaga yang melihat permasalahan ini. Saat ini saja, jumlah bantuan pakaian masih tersisa tiga karung lagi.

Hal lain yang menjadi masalah adalah timbunan sampah yang tidak terangkat sejak lama. Menurut Budi, sampah bekas makanan atau puing bangunan itu masih menumpuk di bulan Januari, dikhawatirkan pengungsi terkena penyakit penular pada bulan Februari atau Maret 2023.

"Harusnya disediakan tempat pembakaran sampah kayak tong begitu jadi lebih tertata," katanya.

Sementara Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga menyatakan, telah mendengar berbagai kendala di lapangan dan memastikan semuanya akan dikoordinasikan dengan kementerian/lembaga terkait.

Menanggapi masalah sampah, Bintang menyayangkan, seharusnya sejak awal masalah itu sudah dibicarakan dan dipilah berdasarkan jenisnya agar mudah untuk diolah kembali. Dirinya berjanji, akan segera menyampaikan keluhan itu ke KLHK dan bersama-sama mencari solusinya.

Meski demikian, Bintang meminta, sembari menunggu hasil koordinasi semua relawan, pembina pengungsian hingga Forum Anak tetap bekerja sama membantu para korban tetap produktif dan menghilangkan rasa traumanya melalui aktivitas yang menyenangkan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement