Sabtu 28 Jan 2023 14:19 WIB

Koalisi Perubahan Disebut Layu Sebelum Berkembang

Rencana koalisi perubahan untuk 2024 berpotensi menjadi wacana besar saja.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bersama Anies Baswedan.
Foto: Prayogi/Republika
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bersama Anies Baswedan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menyebut, koalisi perubahan yang direncanakan akan mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden sudah terlihat rapuh. Koalisi Perubahan rencananya akan diisi oleh tiga partai yakni Nasdem, Demokrat dan PKS.

Sebelumnya, Nasdem yang lebih dulu mendeklarasikan Anies sebagai capres, menurut Arifki, menunggu kepastian Demokrat dan PKS mendukung anies.

Baca Juga

"Koalisi Perubahan ini sepertinya  layu sebelum berkembang. Demokrat sudah deklarasikan Anies Capres. Apakah PKS juga melakukan hal yang sama? Atau PKS ragu Koalisi Perubahan ini bakal terwujud di tahun 2024. Dari narasi yang berbeda dimainkan oleh NasDem dan Demokrat memperlihatkan Koalisi Perubahan memiliki jalan sendiri-sendiri. Demokrat ingin duduk bersama, sedangkan NasDem ingin kembali pulang," kata Arifki, Sabtu (28/1/2023).

Arifki menyebut, jika Koalisi Perubahan gagal terbentuk dalam waktu dekat, berarti NasDem hanya menginginkan Anies Baswedan sebagai brand partai. Artinya, rencana koalisi perubahan untuk tahun 2024 berpotensi menjadi wacana yang hanya menjadi rencana besar saja.

Arifki melihat Nasdem mulai terlihat ragu karena adanya wacana pergantian kabinet oleh Presiden Joko Widodo. Di mana menteri-menteri dari Nasdem berpotensi diganti bila Nasdem terus melakukan manuver untuk mendukung Anies.

Memang selama ini ada kerenggangan hubungan antara Ketum Nasdem Surya Paloh dengan Jokowi sejak Nasdem mendeklarasikan Anies sebagai capres. Tapi, kini kedua tokoh tersebut mulai memperbaiki hubungan ditandai dengan pertemuan mereka di Istana Negara pada Kamis (26/1/2023) lalu.

Arifki menilai, bisa saja Surya Paloh kembali ke pangkuan Jokowi untuk mengamankan kursi menteri dari Nasdem yang ada di kabinet saat ini. Dengan syarat Surya Paloh harus mendukung capres yang direstui penuh oleh Jokowi.

"Pertemuan Surya Paloh dengan Jokowi berkemungkinan bisa menjadi sinyal bahwa kedua figur ini baik-baik saja atau ada kepentingan lain yang menyebabkan kedua tokoh ini kembali membuat kesepakatan ulang," ucap Arifki.

Keraguan Nasdem juga terlihat ketika partai tersebut baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yakni Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa. Di mana Koalisi Indonesia Raya merupakan calon pengusung Prabowo Subianto menjadi capres.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement