Dari investasi 2022, Noneng mengatakan, bisa terealisasi 36.490 proyek, naik sekitar 14,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut dia, perusahaan PMDN memberikan kontribusi terbesar, dengan realisasi 24.071 proyek.

“Iklim investasi di Jawa Barat berhasil dibangun dengan baik oleh provinsi dan kabupaten/kota. Ini memberikan rasa aman bagi penanaman modal, juga berpengaruh pada biaya investasi. Khusus PMDN, 90 persen itu UMKM. Kami memastikan sepanjang tahun usaha kecil ini tidak mengalami kendala di urusan perizinan,” kata Noneng.

Noneng menjelaskan, pada 2022, Provinsi Jabar mempunyai dua target investasi. Salah satu dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dengan target Rp 169,27 triliun. Kemudian target berdasarkan Perubahan Rencana Strategis (Renstra) DPMPTSP Provinsi Jabar periode 2018-2023, yaitu Rp 105 triliun.

Noneng menilai, Jabar bisa menghadapi situasi sulit akibat dampak pandemi Covid-19, di mana realisasi investasi pada 2022 mencapai sekitar Rp 174,6 triliun, melebihi target. “Alhamdulillah, kita melampaui target BKPM sebesar 103,14 persen. Kalau Renstra, kita melampaui target sangat tinggi, 166,26 persen,” kata dia.

Angkanya juga lebih tinggi dari realisasi investasi pada 2021, yang nilainya sekitar Rp 136,13 triliun. Pada 2022, Noneng mengatakan, realisasi investasi PMA dan PMDN pada 2022 naik sekitar 28,2 persen dari periode sebelumnya. Pencapaian pada 2022 diharapkan membawa energi positif untuk 2023.

“Ini menjadi indikator optimisme kita di 2023. Tahun lalu targetnya tinggi dan situasi masih pandemi, tapi bisa keluar dari tekanan itu,” ujar Noneng.

Ikuti Whatsapp Channel Republika