REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Harga beras di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk di Jawa Barat, mengalami kenaikan. Oleh karena itu, menurut Gubernur Ridwan Kamil, Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) terus mencari solusi untuk mengatasi kenaikan tersebut.
Namun, Ridwan Kamil menilai, kenaikan beras tersebut tak masuk akal. Karena, saat ini Jabar surplus beras.
"Jadi, masih dicarikan solusinya karena Jawa Barat surplus. Jadi, kalau ada kenaikan beras enggak masuk akal," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin petang (13/2).
Menurut Emil, kenaikan harga beras bukan berada di tingkat petani, namun karena faktor produksi. Jadi kuncinya bukan di petaninya bukan karena produksi.
"Tetapi lebih pada sistem berdagang yang di luar kendali kita yang mengendalikan harga membuat ke konsumen tidak wajar," katanya.
Harga beras di dua pasar tradisional Kota Bandung, yakni Pasar Leuwipanjang dan Pasar Astana Anyar, terpantau mengalami kenaikan. Harga beras di Pasar Leuwipanjang naik 21 persen untuk beras medium dari harga Rp 9.500 per kg menjadi Rp 11.500 per kg dan untuk harga beras premium naik 16 persen dari harga Rp 12.000 per kg menjadi Rp 14.000 per kg.
Sedangkan di Pasar Astana Anyar, untuk harga beras medium saat ini mengalami kenaikan 22 persen dari harga Rp 9.000 per kg menjadi Rp11.000 per kg dan harga beras premium naik 7 persen dari harga Rp 13.000 per kg menjadi Rp 14.000 per kg.