Selasa 14 Feb 2023 17:44 WIB

Jelang Pemilu 2024, Bawaslu Jabar Temukan 3.600 Konten Ujaran Kebencian 

Kerja sama dilakukan Bawaslu mulai dengan Youtube, Instagram, hingga Facebook.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Ujaran Kebencian
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Ujaran Kebencian

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Menjelang Pemilu 2024, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) bekerja sama dengan sejumlah platform media sosial dalam upaya pengawasan konten-konten berisi hoaks maupun ujaran kebencian atau hate speech. Menurut Komisioner Bawaslu Zaky Hilmi, kerja sama dilakukan Bawaslu mulai dengan Youtube, Instagram, hingga Facebook.

"Kita bisa menindaklanjuti dengan melakukan proses take down. Kita kerja sama dengan Youtube, Instagram, dan Facebook," ujar Zaky di sela-sela kegiatan Apel Siaga Pengawasan Menjelang Satu Tahun Pemilu Tahun 2024 di Kantor Bawaslu Jabar, Kota Bandung, Selasa (14/2/2023). 

Zaky menjelaskan, berdasarkan koordinasi yang telah dilakukan oleh pihaknya, telah ditemukan 3.600 konten yang berisi hoaks dan ujaran kebencian tersebut. 

"Kemarin hasil koordinasi sudah 3.600 lebih se-Indonesia. Itu yang disampaikan satu Youtube saja," kata Zaky. 

 

Untuk di Jabar sendiri, Zaky mengaku belum dapat melaporkan secara terperinci. Namun, beberapa konten tersebut telah mengalami take down bahkan beberapa akun mendapatkan banned oleh YouTube. 

"Di Youtube juga memperhatikan norma dan regulasi lokal. Jadi kalau standari internasional apa yang menjadi kemudian kebebasan berekspresi di Indonesia menurut standar Indonesia tidak masuk, tapi Youtube mengakomodasi tentang norma dan regulasi lokal," katanya. 

Zaky menilai, tantangan yang dihadapi oleh pihaknya saat ini adalah konten berisi hoaks dan ujaran kebencian yang terus menjamur. Sementara take down dan banned dilakukan pihak Youtube Indonesia, ribuan konten-konten serupa pun terus bermunculan.

"Tantangannya perhari sekian ribu juga lahir, ini yang dikemukakan oleh platform salah satunya akunnya Youtub. Makannya aktivitas ini pengawasannya perlu keterlibatan masyarakat dan sepanjang masa tidak bisa satu kali, seperti jamur ketika dicabut muncul lagi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement