REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah, mengingatkan, pemerintah untuk tidak menjadikan guru dan siswa sebagai kelinci percobaan Kurikulum Merdeka. Sebab, menurut dia, pada akhirnya masyarakat yang kurang memahami persoalan akan menyalahkan guru atas kondisi yang akan terjadi.
"Sekali lagi ditegaskan, jangan jadikan guru dan siswa kelinci percobaan Kurikulum Merdeka Merdeka Belajar. Karena pada akhirnya masyarakat yang kurang paham akan menyalahkan guru atas kondisi tersebut," ujar Ferdiansyah, dikutip dari laman Komisi X DPR RI, Sabtu (18/2/2023).
Politikus fraksi Partai Golkar tersebut menyampaikan, sejatinya Komisi X DPR RI tidak alergi terhadap perubahan. Tetapi, perubahan yang dilakukan bukan sesuatu yang drastis, melainkan bertahap dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia beserta seluruh aspek di dalamnya.
Hal itu disebabkan banyak daerah belum memiliki infrastruktur yang mendukung untuk sekolahnya menjalankan Kurikulum Merdeka. Beberapa persoalan, seperti listrik dan jaringan internet yang memadai, fasilitas komputer dan laptop, serta kemampuan guru atau tenaga pendidik untuk menjalankan kurikulum tersebut masih banyak ditemukan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan, satuan pendidikan harus mencermati potensi sekolah dalam mempertimbangkan pilihan model Kurikulum Merdeka. Sebab, penerapan Kurikulum Merdeka merupakan momentum untuk merefleksikan dan memperbaiki praktik pembelajaran.
"Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk menciptakan pembelajaran berkualitas sesuai kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan. Para guru tidak terburu-buru dalam mengajar dan pembelajaran bisa lebih mendalam, karena kurikulum ini berfokus pada materi esensial,” ujar Plt Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Nunuk Suryani, Sabtu (18/2/2023).
Pendaftaran Kurikulum Merdeka telah dibuka sejak 6 Februari lalu hingga 31 Maret mendatang. Nunuk mengungkapkan, salah satu keunggulan Kurikulum Merdeka yang dilaksanakan melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila akan memberi waktu lebih banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan kompetensi dan karakter melalui belajar kelompok seputar konteks nyata.
Dengan demikian, Kurikulum Merdeka akan memberi kesempatan bagi semua peserta didik di Indonesia untuk menjadi pemelajar sepanjang hayat yang kompeten dan berkarakter Pancasila.
“Kurikulum Merdeka juga memberikan fleksibilitas dan dukungan bagi pendidik untuk bergotong-royong menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan,” kata Nunuk.