Senin 27 Feb 2023 21:49 WIB

Antisipasi Diabetes Anak, Dinkes Bandung Dorong Penerapan Kantin Sekolah Sehat

Dinkes Kota Bandung juga kampanyekan pola makan sehat anak.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nora Azizah
Satu upaya Pemkot Bandung untuk menanggulangi lonjakan kasus diabetes anak adalah melalui kantin sehat dan pengaturan pola makan anak.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Satu upaya Pemkot Bandung untuk menanggulangi lonjakan kasus diabetes anak adalah melalui kantin sehat dan pengaturan pola makan anak.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan Kota Bandung melaporkan terjadinya lonjakan kasus diabetes melitus (DM) anak, khususnya DM tipe dua. Berdasarkan data Dinkes Kota Bandung pada 2022, penderita DM tipe 2 usia di bawah 15 tercatat sebanyak 44 orang, atau bertambah 44 kali lipat dibanding 2021, dengan 0 kasus. Sedangkan usia 15 hingga 19 tahun di 2022 tercatat sebanyak 57 anak, atau naik 15 persen dari 2021, 9 anak.

Subkordinator Pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Kota Bandung dr Intan Annisa menjelaskan, salah satu upaya Pemkot Bandung untuk menanggulangi lonjakan kasus diabetes anak adalah melalui kantin sehat dan pengaturan pola makan anak. Dia menjelaskan, berbeda dengan DM tipe satu yang disebabkan faktor genetik, penderita DM tipe dua biasanya disebabkan kebiasaan pola makan dan pola hidup yang tidak sehat. 

Baca Juga

Oleh karena itu, Intan menyarankan anak-anak untuk melakukan aktivitas fisik secara rutin, rajin membaca kandungan komposisi atau kandungan bahan makanan kemasan yang dikonsumsi, istirahat cukup, dan membatasi konsumsi gula berlebih. 

“Batasi konsumsi gula maksimal empat sendok makan sehari dari semua makanan/minuman yang dikonsumsi dalam sehari, kami (Dinkes) juga coba hidupkan kembali kantin sehat di sekolah-sekolah,” tegasnya dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Senin (27/2/2023). 

 

Dia mengungkapkan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, prevalensi diabetes melitus di Kota Bandung mencapai 2,3 persen dari total penduduk usia lebih dari 15 tahun. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung tahun 2020, jumlah penduduk menurut kelompok umur di atas 15 tahun tercatat sebanyak 1.959.124 jiwa, yang berarti prevalensi pengidap diabetes di Kota Bandung mencapai sekitar 45 juta jiwa. 

“Sebetulnya angka itu lumayan, dan yang kita lebih khawatirkan adalah penyakit komplikasi yang bisa timbul dari DM ini, bayangkan saja, jika dari remaja saja sudah mengidap DM maka perjalanan penyakit komplikasinya bisa menyebar sangat luas, bisa ke mata, syaraf, banyak sekali,” ujar Intan. 

Dia juga menegaskan bahwa upaya penekanan kasus DM anak ini memerlukan sinergi dari berbagai pihak, baik OPD terkait maupun masyarakat. Orang tua, kata dia, dapat merutinkan pemberian bekal untuk anak, sedangkan pemerintah dapat menggencarkan sosialisasi tentang pentingnya pertimbangan kandungan dan komposisi makanan bagi kesehatan. 

“Kami juga libatkan kader kesehatan remaja, karena memang edukasi yang paling bisa didengar oleh anak adalah ajakan atau hinbauan oleh anak usia mereka,” ujar Intan. 

Selain menghidupkan kantin sehat dan pengaturan pola makan sehat, Dinkes Kota Bandung juga tengah memasifkan pelaksanaan screening kesehatan ke sekolah-sekolah. Pemkot Bandung telah mengalokasikan anggaran kesehatan melalui program pengecekan kesehatan gratis satu tahun sekali yang berlaku bagi masyarakat usia produktif, mulai 15 hingga 60 tahun.

Program screening gratis satu tahun sekali ini berlaku tak hanya bagi wargi Kota Bandung, namun juga bagi masyarakat yang bekerja atau bersekolah di Kota Bandung. Puskesmas di Kota Bandung juga telah masif menggelar pengecekan kesehatan di berbagai ruang publik, mulai dari sekolah hingga pusat perbelanjaan, sambung Intan. 

“Jadi kalau kita hanya mengandalkan jam operasional puskesmas itu kan sulit ya, karena itu jam-jam sekolah, jadi kita yang turun ke sekolah-sekolah terutama SMP SMA, bahkan universitas juga,” jelasnya. 

Menurutnya, kunci penanggulangan lonjakan kasus DM anak adalah melalui upaya jemput bola, mengingat DM merupakan jenis penyakit yang gejala awalnya sulit terdeteksi, sehingga pengecekan kesehatan rutin merupakan metode pencegahan yang paling efektif. Namun dia menyayangkan masih banyaknya masyarakat, khususnya orang tua yang memiliki anak usia sekolah, yang belum mengetahui tentang program screening kesehatan gratis ini. 

“Makanya kita terus sosialisasikan program screening gratis ini kepada masyarakat agar lebih banyak yang tau dan segera melakukan pengecekan,” sambungnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement