Jumat 12 May 2023 09:20 WIB

Jaga Ekonomi, Jabar Harus Cari Alternatif Pertumbuhan Sektor Baru

Mayoritas pertumbuhan ekonomi akan banyak di lokomotifi negara berkembang.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Kepala Kantor Regional II OJK Jawa Barat Indarto Budiwitono (kiri) berbincang-bincang dengan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar Erwin Gunawan Hutapea.
Foto: Dok.Republika
Kepala Kantor Regional II OJK Jawa Barat Indarto Budiwitono (kiri) berbincang-bincang dengan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar Erwin Gunawan Hutapea.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gejolak ekonomi di beberapa negara maju seperti Amerika dan Eropa, diperkirakan akan berdampak terhadap kinerja ekspor Jawa Barat hingga akhir tahun ini. Oleh karena itu, Kepala Bank Indonesia Jawa Barat Erwin Gunawan Hutapea, mengingatkan, pada pemerintah untuk mencari alternatif pertumbuhan agar ekonomi Jawa Barat tetap terjaga. 

Namun, menurut Erwin, di tengah gejolak ekonomi dunia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terus berlanjut terutama didominasi negara berkembang. Ke depan, kata dia, mayoritas pertumbuhan ekonomi akan banyak di lokomotifi negara berkembang, seperti Tiongkok, India, dan negara ASEAN. 

"Sehingga, ekonomi dunia diperkirakan tetap tumbuh hingga 6 persen, " ujar Erwin pada acara West Java Economic Society (WJES) di Kantor BI Jabar, Kamis petang (11/5/2023). 

Menurut Erwin, ekonomi negara maju seperti AS dan Eropa diprediksi akan mengalami perlambatan. Karena itu, Jabar sebagai negara dengan mayoritas ekspor ke AS dan Eropa, diharapkan bisa melakukan antisipasi agar sektor manufaktur Jabar tetap tumbuh. 

"Perlu diwaspadai implikasi ekspor Indonesia, khususnya Jabar karena AS dan Eropa menjadi tujuan ekspor Jabar. Pasti ada efek ikutannya, " katanya.

Erwin menyarankan, sinergi pentahelix antar pemangku kepentingan dapat dimaksimalkan agar efek perlambatan ekspor ke negara maju bisa ditekan. "Kami akan terus tingkatkan sinergi pentahelix untuk menjaga ekonomi di Jabar tetap tumbuh berkembang. Semua sektor akan kami dorong, baik pertanian atau manufaktur," katanya. 

Namun, menurut dia, kontribusi manufaktur terhadap PDRB mencapai 42 persen. Sementara pertanian 8 persen.

Di tempat yang sama, Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Komisariat Bandung Martha Fany Cahyandito mengatakan, melalui WJES 2023, pihaknya bersama para sarjana ekonomi akan membuat rumusan yang nantinya akan diberikan sebagai masukan kepada Pemprov Jabar. 

"Jadi masukan ini sifatnya praktis, nanti kami sampaikan kepada pemprov Jabar, seperti soal interkonektivitas Jabar, hilirisasi, digitalisasi, dan lainnya. Namun rekomendasi yang kami sampaikan ke Pemprov Jabar, yang terpenting adalah sejauh mana ini bisa di aplikasikan," katanya.

Tahun sebelumnya, menurut dia, ISEI merekomendasikan sektor pertanian, maritim, dan perikanan untuk Jabar selatan. Tapi sayang hal ini belum maksimal, karena masalah infrastruktur, SDM, dan lainnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement