Sabtu 03 Jun 2023 14:03 WIB

Ketua Nasdem ke PDIP: Partai Besar, tapi Kelakuan Seperti Anak-Anak

Nasdem sebagai ayah dan PDIP sebagai ibu yang bersama melahirkan anak bernama Jokowi.

Rep: Febryan. A/ Red: Agus Yulianto
Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya ketika diwawancarai wartawan di Nasdem Tower, Jakarta Pusat, Jumat (2/6/2023). Willy menyebut, partainya akan mengajukan praperadilan atas status tersangka yang melekat pada Menkominfo nonaktif Johhny Plate.
Foto: Republika/Febryan A
Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya ketika diwawancarai wartawan di Nasdem Tower, Jakarta Pusat, Jumat (2/6/2023). Willy menyebut, partainya akan mengajukan praperadilan atas status tersangka yang melekat pada Menkominfo nonaktif Johhny Plate.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan menohok dilontarkan    Ketua DPP Partai Nasdem Willy Aditya. Dia menyebut, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merupakan partai besar yang kelakuannya justru seperti anak-anak. 

Pernyataan menohok itu disampaikan Willy untuk merespons pimpinan PDIP DKI Jakarta yang meminta Nasdem keluar dari Kabinet Pemerintahan Jokowi lantaran diam saja ketika Anies Baswedan mengkritik Jokowi. 

"Kalau PDIP yaaa, partai boleh besar, tapi kelakuan kekanak-kanakan," kata Willy kepada wartawan di Nasdem Tower, Jakarta Pusat, Jumat (2/6/2023). 

Willy menyebut, PDIP seperti anak-anak karena partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu dengan mudahnya meminta Nasdem keluar dari kabinet. PDIP melupakan begitu saja jasa besar Nasdem selama ini untuk Jokowi. "PDIP kacang lupa pada kulitnya," ujarnya dengan nada suara meninggi dan muka memerah. 

Dia menjelaskan, Nasdem dan PDIP merupakan partai yang berjasa besar memenangkan Jokowi dan mendukung Pemerintah Jokowi sejak tahun 2014. Dia mengibaratkan, Nasdem sebagai ayah dan PDIP sebagai ibu yang bersama-sama melahirkan anak bernama Jokowi. 

Tentu, kata dia, Nasdem tidak bisa begitu saja meninggalkan anak yang sudah dilahirkan dan dibesarkan itu. Nasdem berkomitmen mengawal Pemerintahan Jokowi sampai tuntas. 

Dia lantas mengatakan, bahwa Nasdem mengusung Anies Baswedan sebagai capres dalam rangka melaksanakan tugas konstitusional partai politik. Selain itu, Jokowi tidak bisa lagi menjadi capres. 

Menurut Willy, pernyataan pimpinan PDIP DKI Jakarta itu merupakan 'provokasi recehan'. Padahal, Nasdem selama ini tidak pernah melakukan provokasi ketika PDIP menolak rancangan undang-undang yang diusulkan Pemerintahan Jokowi. 

"Kami tidak bilang 'kenapa PDIP tidak keluar dari kubu pemerintah'. Kami tidak kekanak-kanakan seperti itu," kata Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI itu. 

Willy menegaskan, PDIP tidak bisa memaksa Nasdem keluar dari Kabinet Pemerintahan Jokowi. Hanya Jokowi sendiri lah yang bisa menendang Nasdem keluar. 

"Kalau Presiden mengatakan cau (keluar dari koalisi pemerintah), maka Nasdem akan taat dan patuh. Bukan PDIP. Bertepuk ini tidak bisa sebelah tangan," kata Willy. 

Sebelumnya, Rabu (31/5/2023), Kepala Badiklatda PDI Perjuangan DKI Gilbert Simanjuntak menyebut Partai Nasdem tidak konsisten dan bermuka dua. Sebab, Nasdem mengaku berkomitmen mendukung dan mengawal Pemerintahan Jokowi sampai tuntas, tapi diam saja ketika capres-nya, Anies Baswedan, mengkritik panjang jalan yang dibangun selama rezim Jokowi. 

"Sikap inkonsisten dan dua muka Nasdem ini padahal berada dalam kabinet, sangatlah tidak etis. Sebaiknya Nasdem menunjukkan sikap politik yang jelas. Lebih baik keluar dari kabinet, atau menegur Anies sebagai bukti masih mendukung/mengawal pemerintahan saat ini," kata Gilbert, dikutip dari keterangan tertulisnya. 

"Berada di kabinet tetapi sikapnya Nasdem terlihat oposisi tidaklah dewasa secara politik, malah memberi contoh yang tidak baik seperti partai lain di era SBY," kata Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi PDIP itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement