Kamis 06 Jul 2023 07:22 WIB
Kasus Antraks Gunungkidul

Miris, Warga Gali Kuburan dan Konsumsi Daging Sapi Terpapar Antraks

Warga di sana terbiasa mengonsumsi daging ternak yang sudah mati karena sakit.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Agus Yulianto
Antraks di Gunungkidul terkendali dan telah ditangani dengan baik.
Foto: Kementan
Antraks di Gunungkidul terkendali dan telah ditangani dengan baik.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Miris. Itu barangkali kata yang tepat untuk menyebutkan perilaku warga di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul. Tak diketahui, apakah karena faktor kemiskinan atau lainnya, sehingga mereka nekat menggali kuburan hewan sapi yang terpapar antraks kemudian mengonsumsi dagingnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan Balai Besar Veteriner Wates, terdapat 12 ekor ternak, yaitu enam ekor sapi dan enam ekor kambing yang terpapar antraks. Menurut Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari, hewan ternak yang terpapar antraks tersebut sudah mati dan seharusnya dikubur sesuai SOP.

Namun, warga di Dusun Jati rupanya mengonsumsi dagingnya sebelum pihaknya tiba. "Sudah mati terus dipotong. Ketahuan karena ada warga yang sakit lapor ke kita, lalu kita surveilans," ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, Rabu (5/7/23).

 

photo
Seorang pasien diduga penderita antraks dirawat di Rumah Sakit Umum. (Antara/Adiwinata Solihin)

 

Dia menjelaskan, ketika pihaknya tiba, semua daging telah habis dikonsumsi, sehingga uji lab terkait virus ini dilakukan pada tanah tempat disembelihnya hewan-hewan tersebut.

"Jadi mati, tapi saya enggak nemu bangkai, yang saya periksa. Yang saya ujikan ke lab itu adalah tanah bekas sembelihan. Dagingnya sudah dimakan," katanya.

Kemudian tanah yang terkontaminasi darah ternak antraks tersebut disiram formalin hingga tiga kali, yang pertama dilakukan pada 3 Juni lalu dan yang terakhir pada 4 Juli. Nantinya, pihaknya akan kembali menguji tanah tersebut. Apabila masih positif virus antraks, akan kembali disiram formalin.

"Kalau masih positif kita siram ulang, kalau sudah negatif bisa nanti kita cor semen beton agar tidak membahayakan," kata Wibawanti.

Menurut Wibawanti, warga di sana rupanya terbiasa mengonsumsi daging ternak yang sudah mati karena sakit. Fakta ini, dia temukan saat ke sana, dan diketahui bahwa sejak 1 November lalu sapi yang sudah dikubur sesuai SOP dan belum diambil sampelnya ternyata digali kembali oleh masyarakat setempat.

"Kita dengar informasi ketika sudah ke manusia, baru mencuat," katanya.

Untuk mengantisipasi terjangkitnya virus ini ke ternak lain, pihaknya juga melakukan penyuntikan antibiotik pada semua ternak yang masih sehat pada 20 Juni lalu.

Saat ini diketahui kasus antraks telah menjangkiti 87 orang yang diidentifikasi zero positif atau pernah terjangkit, dengan satu orang meninggal dunia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement