Senin 13 Nov 2023 23:10 WIB

Musim Hujan, Sekda Bandung Minta Penanganan Sampah di Jalan Diprioritaskan

Sekda Kota Bandung kembali mengingatkan masyarakat untuk mengolah sampah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Irfan Fitrat
Petugas kebersihan memasukkan sampah organik ke lubang di kawasan Tegallega, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/11/2023), dalam upaya pengolahan sampah.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas kebersihan memasukkan sampah organik ke lubang di kawasan Tegallega, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/11/2023), dalam upaya pengolahan sampah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung, Jawa Barat, masih menangani sejumlah tempat penampungan sementara (TPS) yang sampahnya sudah melebihi kapasitas (overload). Selain itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung Ema Sumarna menyebut penanganan sampah yang menumpuk di jalanan juga menjadi prioritas, terlebih memasuki musim hujan.

“Di jalan sama TPS itu di mata saya sama. Di TPS yang kemarin overload, mungkin sekarang tinggal belasan, itu masih jadi prioritas. Termasuk yang di jalan. Apalagi kan ini musim hujan. Kebayang kan kalau sampah di jalan tertimpa air hujan, terus berserakan di jalan, mau bagaimana wajah kota kita. Itu harus diprioritaskan,” kata Ema, Senin (13/11/2023).

Baca Juga

Kota Bandung kini masih dalam masa darurat sampah. Ema pun kembali mengingatkan masyarakat untuk ikut berkontribusi dalam memilah dan mengolah sampah. Menurut dia, Pemkot Bandung tengah berupaya memaksa warga untuk meninggalkan pola kumpul dan buang sampah, agar menjadi memilah dan mengolah sampah.

“Jangan ada yang berkomentar bahwa masyarakat ini dipaksa. Memang harus dipaksa karena kalau tidak begini mau sampai kapan pun tidak akan berubah,” kata Ema.

Masyarakat diharapkan dapat memilah dan mengolah sampah organik maupun anorganik. Untuk sampah organik, Ema mengatakan, pemkot mendorong sejumlah metode, antara lain Kang Empos dan Loseda. Metode itu disebut tidak membutuhkan tempat yang luas.

Ema berharap kesadaran masyarakat untuk menerapkan pemilahan dan pengolahan sampah. “Kalau tidak berubah, artinya sedang menunggu bom waktu akan benar-benar terjadi lautan sampah,” kata Ema. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement