Jumat 22 Mar 2024 08:16 WIB

5 Pesantren Tertua di Jabar, Ada yang Berdiri Sejak 1418 Masehi

Ada seorang ulama asal Baghdad yang tiba di Cirebon, yaitu Syekh Quro.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Arie Lukihardianti
Makam Syekh Quro
Foto:

4. Pesantren Buntet Cirebon

Pesantren ini sudah berdiri pada tahun 1750. Pendirinya adalah ulama bernama Mbah Muqoyyim. Awal tujuan pendirian pesantren ini, sebagaimana dikutip dari laman NU Cirebon, yaitu karena Mbah Muqoyyim kecewa dengan Keraton Kanoman Cirebon.

Saat itu Mbah Muqoyyim memiliki jabatan sebagai penghulu di Keraton tersebut. Namun karena keraton memihak kolonial Belanda, Mbah Muqoyyim melepas jabatannya lalu mendirikan pesantren Buntet, yang masih berdiri hingga sekarang.

Lokasi Pesantren Buntet Cirebon berada di Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura. Pada awalnya lokasi pesantren ini berada di kampung Kedung Malang, Desa Buntet Kecamatan Astanajapura, Cirebon. Rumah sederhana dan kamar santri pun dibangun kala itu. Masyarakat pun kian tertarik belajar agama di sana.

Belanda, setelah mengetahui adanya aktivitas keagamaan di daerah itu, langsung berencana menyerang dan menangkap Mbah Muqoyyim. Beruntung info itu bocor sehingga dia bisa menyelamatkan diri. Namun Pesantren Buntet di masa awal itu hancur karena serangan Belanda.

Dia pun pergi menjelajah hingga ke Pemalang, lalu kembali lagi ke Cirebon. Setibanya di Cirebon inilah, dia membangun lagi Pesantren Buntet dengan lokasi yang berbeda. Pesantren didirikan kembali di Blok Manis, Depok Pesantren, Desa Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura.

Hingga sekarang, Pesantren Buntet Cirebon masih aktif dan kian mengalami perkembangan.

5. Pesantren Gedongan Cirebon

Di Cirebon, memang berdiri banyak pondok pesantren, dan salah satu yang tertua adalah Pesantren Gedongan. Pesantren Gedongan berdiri pada awal abad ke-19, didirikan oleh KH Muhammad Said. Letak pesantren ada di Desa Ender Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon.

Sebelum ada Pesantren Gedongan, area yang menjadi tempatnya berdiri adalah hutan belantara. Lalu dibabat habis oleh KH Muhammad Said atau Kiai Said.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement