Senin 26 Aug 2024 14:33 WIB

Sawah Puso di Indramayu Meluas

Kondisi kekeringan dan puso itu tersebar di lima desa di Kecamatan Kandanghaur

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Warga melihat kondisi embung irigasi yang mengering di Balongan, Indramayu, Jawa Barat
Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Warga melihat kondisi embung irigasi yang mengering di Balongan, Indramayu, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Areal tanaman padi yang mengalami puso (gagal panen) akibat kekeringan di Kabupaten Indramayu, semakin meluas. Selain tak ada lagi hujan, kondisi kekeringan juga disebabkan air irigasi tak sampai ke wilayah tersebut.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandnaghaur Waryono mengatakan, areal tanaman padi di wilayahnya yang mengalami puso mencapai 578 hektare. Sepekan yang lalu, tanaman padi yang puso masih sekitar 240 hektare.

Baca Juga

‘’Lahan itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi walaupun ada penyaluran air dari irigasi. Kecuali ada hujan yang sangat lebat, kemudian kita pupuk, masih ada harapan tumbuh lagi,’’ ujar Waryono kepada Republika, Senin (26/8/2024).

Selain tanaman padi yang sudah dipastikan puso, kata Waryono, ada pula persawahan yang kondisinya kini kekeringan. Dia menyebutkan, luas areal yang kekeringan itu mencapai 1.050 hektare. ‘’Tanaman yang kekeringan itu masih ada harapan bisa selamat asalkan segera digelontorkan air,’’ kata Waryono.

Waryono menyebutkan, kondisi kekeringan dan puso itu tersebar di lima desa di Kecamatan Kandanghaur. Yakni, Desa Karanganyar, Karangmulya, Wirakanan, Wirapanjunan dan Pranti.

Adapun umur tanaman padi yang puso maupun kekeringan itu berkisar antara 30 – 50 hari. Tanaman padi tersebut sebelumnya telah mengalami masa pemupukan.

Berdasarkan pantauan Republika di Desa Karangmulya, Kecamatan Kandanghaur, tanah di persawahan terlihat mengering dan retak-retak. Tanaman padi yang tumbuh diatasnya juga terlihat layu. Selain di areal persawahan, kondisi kekeringan juga terlihat di saluran. Bahkan, di dasar saluran pun tanahnya kering dan retak-retak akibat lama tak mendapat pasokan air.

Untuk menyelamatkan tanaman padi yang kekeringan itu, Waryono mengakui, pihak BBWS sudah menggelontorkan air ke wilayah Kecamatan Kandanghaur sesuai jadwal gilir air. Dia menyebutkan, hari ini pun air sudah sampai di saluran BT 21. ‘’Tapi nanti bisa sampai gak ya (ke wilayah Kecamatan Kandanghaur yang berada di hilir)?,’’ kata Waryono.

Keraguan Waryono muncul karena di wilayah hulu pun banyak petani yang sedang membutuhkan air. Apalagi, umur tanaman padi di wilayah hulu sedang memasuki masa primordial. ‘’Tanaman padi di sana (hulu) sudah mulai keluar malai. Kalau kurang air, nanti malai jadi tidak berisi,’’ katanya.

Di saluran irigasi wilayah hulu pun banyak ditemukan penyedotan air oleh petani. Selain itu, adapula kebocoran saluran sehingga air seringkali sudah habis sebelum sampai ke Kecamatan Kandanghaur yang berada di wilayah hilir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement