REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Bandung mengungkapkan kasus stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak ditemukan terjadi di kelas menengah atas di Kota Bandung. Namun, mereka tidak menyebutkan secara detail jumlah kasus stunting di kelas menengah.
Kepala DPPKB Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari mengatakan kasus stunting tidak hanya dialami masyarakat kelas menengah ke bawah. Namun, saat ini kasus tersebut ditemukan di kelas menengah ke atas.
"Jadi kan ini (stunting) tidak hanya dialami oleh masyarakat menengah ke bawah akan tetapi menengah ke atas, jadi ada yang mungkin ibu muda yang belum teredukasi secara optimal mengenai pola asuh anaknya," ujar Kenny di acara merdeka stunting di Polrestabes Bandung, Selasa (3/9/2024).
Kenny mencontohkan didapati ibu-ibu muda kelas menengah yang berkarir dan menitipkan anaknya kepada keluarga atau asisten rumah tangga. Akan tetapi, keluarga dan asisten rumah tangga tersebut tidak teredukasi secara optimal mengenai pola asuh. "Ada (kasusnya)," kata Kenny.
Kenny mengatakan kasus stunting di Kota Bandung pada tahun 2023 mencapai 16,3 persen atau sebanyak 6.142 balita. Angka tersebut menurun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 22 persen.
Pada 2024, ia menyebut target penurunan angka stunting diharapkan bisa mencapai 14 persen secara nasional. Selama ini, upaya pencegahan terus dilakukan melalui aspek kesehatan dan non kesehatan. Menurutnya, upaya pencegahan mulai dari edukasi, infrastruktur hingga pemberian makanan tambahan kepada anak yang mengalami stunting. Namun, tantangan yang dihadapi di lapangan yaitu edukasi masyarakat terhadap stunting yang masih rendah.
Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Budi Sartono mengatakan telah memperoleh dana CSR sebesar Rp 250 juta untuk membantu penurunan stunting di Kota Bandung. Dana tersebut akan disalurkan melalui rekening penerima manfaat sebanyak 100 orang. Masing-masing akan mendapatkan Rp 500 ribu selama lima bulan ke depan.
"Jadi targetnya dari CSR hari sekarang ini adalah 100 keluarga dengan jangka waktu 5 bulan," kata Budi.
Budi melanjutkan pihaknya akan melakukan pengawasan dan evaluasi tiap bulan untuk memastikan terjadi kemajuan kepada anak yang mengalami stunting tersebut. Sehingga angka stunting dapat menurun. "Saya targetkan sepekan sekali kita harus kontrol, walaupun nanti tetap penilaian secara tertulisnya adalah sebulan sekali," kata dia.
Eva Soliha (29 tahun) ibu dari anaknya yang mengalami stunting mengaku anaknya mengalami kesulitan naik berat badan. Selain itu, memiliki riwayat sakit sebelumnya. "Harapannya sehat, berat badan normal sesuai umurnya," kata dia.