Rabu 30 Oct 2024 18:39 WIB

Suhu Cuaca di Atas 30 Derajat Celcius Selama Oktober, BMKG Ungkap Alasan Bandung Panas

Suhu udara Kota Bandung selama bulan Oktober berada di kisaran 30-34 derajat celcius

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Cuaca Panas (Ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Cuaca Panas (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengungkapkan suhu cuaca di Kota Bandung selama bulan Oktober berada di atas 30 derajat celcius. Mereka pun mengungkap alasan suhu Bandung dan sekitarnya panas.

Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, suhu udara Kota Bandung selama bulan Oktober berada di kisaran 30 derajat celcius hingga 34,5 derajat celcius. Ia menyebut saat masa pancaroba atau peralihan musik kemarau ke musim hujan kondisi cuaca siang hari didominasi cerah dan terjadi proses konveksi.

Baca Juga

"Suhu di siang hari terasa lebih panas  karena faktor kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara," ujar Teguh, Rabu (30/10/2024).

Teguh Rahayu menyebut fenomena suhu panas terik dipicu oleh beberapa kondisi dinamika atmosfer seperti kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jawa Barat) didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah. Serta minim tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari.

"Kondisi ini menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer," katanya.

Dengan begitu, kata dia, suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik. Saat ini juga sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau dan sebagian lainnya akan mulai memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November. "Kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari," kata Teguh.

Sementara itu, di akhir Oktober posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator. Sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator termasuk wilayah Jawa mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya. "Pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan pada siang hari," katanya.

Teguh menyebut fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi. Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement