Senin 25 Nov 2024 19:39 WIB

Kisah Guru Honorer Warkina, Rela Kerja Keras Cari Sampingan Buat Perpustakaan Keliling

Untuk menggiatkan literasi, Warkina menyulap mobil tua menjadi perpustakaan keliling

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Guru inspiratif dari Kabupaten Cirebon yang menjadi pegiat literasi, Warkina.
Foto: Dok Republika
Guru inspiratif dari Kabupaten Cirebon yang menjadi pegiat literasi, Warkina.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON--Profesi sebagai guru yang dijalani Warkina tak hanya sebatas mengajar murid-muridnya di SMPN 2 Suranenggala, Kabupaten Cirebon. Pria tersebut sejatinya juga menjadi guru bagi masyarakat luas di daerahnya dengan gigih menjadi pegiat literasi.

Warkina yang tinggal di Desa/Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, awalnya merasa sangat prihatin melihat rendahnya minat baca masyarakat. Tak hanya di sekitar tempat tinggalnya, namun juga masyarakat secara umum.

Baca Juga

‘’Kondisi itu membuat saya merasa sangat prihatin. Harus ada yang saya lakukan untuk mengubah kondisi itu,’’ ujar Warkina kepada Republika, Senin (25/11/2024).

Warkina kemudian memulainya pada 2009. Di rumahnya, dia mulai membuka perpustakaan dan menyediakan buku-buku pribadinya untuk dibaca oleh tetangga-tetangganya. Meski awalnya kurang mendapat sambutan, namun lama kelamaan, tetangga-tetangganya tertarik untuk membaca buku-bukunya.

Pada 2011, Warkina yang saat itu masih berstatus sebagai guru honorer, semakin memantapkan tekadnya untuk membuat Gerakan Sadar Membaca. Tak hanya membuka perpustakaan atau Layanan Masyarakat Baca ‘Pado Maco’ di rumahnya, dia juga menerapkan sistem jemput bola.

Dalam sistem jemput bola itu, Warkina berkeliling desa dan mendatangi tempat-tempat keramaian, misalnya pasar malam, untuk mendekatkan buku kepada masyarakat. Saat berkeliling itu, dia menyulap mobil tuanya menjadi perpustakaan keliling.

Tak mudah bagi Warkina untuk memperoleh mobil tua tersebut. Dia harus merogoh kocek pribadinya hingga Rp 12 juta. Padahal, honornya sebagai guru honorer saat itu hanya Rp 400 ribu per bulan. Dia harus bekerja keras bekerja sampingan untuk bisa mengumpulkan uang tersebut.

Perhiasan milik istri Warkina juga saat itu harus keluar masuk ke Pegadaian. Selain untuk membeli mobil tua, dia juga harus membeli buku-buku baru dan membiayai kegiatan operasionalnya dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya buku dan pendidikan. ‘’Alhamdulillah saya kemudian mendapat sumbangan buku dari para donatur,’’ kata Warkina.

Dari yang awalnya hanya ratusan buku, saat ini Warkina memiliki koleksi buku sekitar 3 ribu buah untuk perpustakaannya. Dia juga dipinjami mobil dari perpustakaan Kabupaten Cirebon untuk keliling ke pasar-pasar malam membawa buku bacaan bagi masyarakat.

Selain menyediakan buku bacaan secara gratis di taman bacaan ‘Pado Maco’, Warkina dari dulu juga memberikan pengajaran membaca bagi warga, termasuk ibu-ibu, yang buta huruf. Ada ratusan ibu-ibu yang pernah menjadi ‘muridnya’.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement