REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pusat Vulkanologi, Mitigasi Bencana dan Geologi (PVMBG) memberikan analisis terkait bencana di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur yang terjadi tanggal 3 dan 4 Desember lalu. Mereka pun telah menerjunkan tim di dua wilayah yang terdampak bencana longsor, banjir dan pergerakan tanah.
Kepala PVMBG Hadi Wijaya mengatakan, telah menerjunkan empat tim yang terbagi menjadi dua tim di Sukabumi dan dua tim di Cianjur. Mereka akan melihat kondisi terkini pergerakan tanah termasuk bencana longsor yang semakin meluas.
"Kita lihat di peta bahwa awalnya berwarna merah itu hanya kisaran 20 persen ternyata sudah berkembang 70 persen lebih berwarna merah," ujar Hadi, Jumat (13/12/2024).
Kondisi tersebut, Hadi mengatakan terjadi karena faktor utama yaitu curah hujan yang semakin tinggi. Pihaknya pun telah membuat peta zona kerentanan pergerakan tanah dengan warna merah yang lebih dominan.
Menurut Hadi, tim pun telah membawa drone untuk melihat kondisi seluruh wilayah lebih luas. Selanjutnya laporan harian akan disampaikan kepada pihak terkait. Ia menyebut faktor utama pergerakan tanah terjadi signifikan karena curah hujan. Selain itu, kondisi bebatuan yang membuat pergerakan tanah menjadi inten.
Tidak hanya itu, perubahan tata ruang dan lahan mempengaruhi terjadi pergerakan tanah. Namun, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan di lapangan yang dilakukan tim. "Faktor utamanya memang curah hujan dan itu kan menjadi faktor utama dari proses pergerakan tangan," kata dia.
Dengan kondisi itu, ia mengimbau pemerintah Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur untuk menindaklanjuti rekomendasi yang telah dibuat PVMBG. Salah satu rekomendasi yang disarankan yaitu masyarakat berhati-hati saat berkumpul di wilayah bencana. "Gerakan tanah dan longsor itu akan terus berjalan seiring dengan curah hujan yang masih terus menerus," kata dia.