Ahad 30 Mar 2025 21:43 WIB

Ribuan Warga Ramaikan Malam Takbiran di Festival Dulag di Bandung

Masyarakat Kota Bandung yang hadir, ikut menyemarakan acara Festival Dulag

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Ribuan warga meramaikan malam takbiran di acara Festival Dulag istimewa di Gedung Pakuan, Jawa Barat, Kota Bandung, Ahad (30/3/2025). Para peserta berasal dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat serta dari dinas terkait.
Foto: M Fauzi Ridwan.
Ribuan warga meramaikan malam takbiran di acara Festival Dulag istimewa di Gedung Pakuan, Jawa Barat, Kota Bandung, Ahad (30/3/2025). Para peserta berasal dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat serta dari dinas terkait.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Ribuan warga meramaikan malam takbiran di acara Festival Dulag istimewa di Gedung Pakuan, Jawa Barat, Kota Bandung, Ahad (30/3/2025). Para peserta berasal dari 27 kabupaten dan kota di Jawa Barat serta dari dinas terkait.

Para peserta yang berjumlah 70 tim berkompetisi untuk memukul bedug dan takbiran. Mereka akan dipilih oleh para juri yang terbaik di Festival Dulag tersebut.

Baca Juga

Masyarakat Kota Bandung yang hadir di acara tersebut ikut menyemarakan acara yang baru diadakan di masa kepemimpinan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Dedi Mulyadi menyebut memukul bedug jelang lebaran merupakan tradisi budaya di Indonesia.

Di tengah memberikan sambutan, Ded Mulyadi mengajak seorang bocah asal Kota Bandung untuk berdialog. Ia mengajak bocah tersebut untuk mengubah kebiasaan pascabulan puasa Ramadan.

"Dalam tradisi Islam kultural itu mengenal yang namanya bedug, dan bedug itu pertanda bagi kegiatan-kegiatan spiritualitas yang memasuki hari ganjil. Jadi kalau puasa masuk ke 21 hari, itu biasanya mulai mendulag. Nah ini ditandai dengan upacara saling memberi, orang memotong ayam, memotong kambing, bahkan sapi. Dan strata sosial pada saat itu tidak ada si kaya dan si miskin," ucap dia saat memberikan sambutan.

Namun begitu, ia menuturkan saat ini pendidikan semakin baik, tingkat ekonomi semakin baik, dan strata sosial semakin baik, justru terbalik zamannya.

"Rata-rata dari banyak orang banyak yang merasa miskin, dia protes manakala tidak kebagian paket bantuan sosial, bantuan sembako, dan bantuan gratis. Maka dengan momentum menyambut 1 Syawal ini adalah momentum menuju perubahan, dan saya ingin menjadikan manusia Jawa Barat yang beradab dan bermartabat," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement