Senin 28 Apr 2025 21:52 WIB

Lepaskan Jabatan Direktur, UMKM di Bandung Sukses Berbisnis Ubi Cilembu

CV SNR Bumi Indonesia mampu menyuplai sekitar 3–5 ton ubi per pekan

Petani Panen Ubi Cilembu
Foto: Dok Republika
Petani Panen Ubi Cilembu

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Keluar dari zona nyaman, mungkin tak semua orang mau menjalaninya. Namun, berbeda dengan pemilik CV SNR Bumi Indonesia, Rizca Puspita Devi (30 tahun) yang memilih melepaskan jabatannya sebagai Direktur Keuangan di salah satu perusahaan swasta, dan memilih menjadi pebisnis ubi Cilembu.

Keputusan besar yang diambil Rizca pun, tak sia-sia. Karena, sekarang Rizca bisa meraih sukses berbisnis ubi Cilembu. Selain bisa ekspor ke beberapa negara, juga bisa menyuplai berbagai kebutuhan lokal dari mulai pasar modern hingga tradisional.

Baca Juga

Rizca menjelaskan, ia memulai usaha bersama suaminya sekitar Juni 2021. Sebelumnya, ia bekerja sebagai Direktur Keuangan di salah satu perusahaan swasta. "Karena mempertimbangkan anak, saya memutuskan untuk resign dan membuka toko beras. Namun, margin keuntungannya sangat tipis, sementara harga naik turun dan modal kami juga tidak besar," ujar Rizca kepada Republika.

Menurut Rizca, sambil menjalankan usaha beras ia pun mulai berpikir untuk mencari usaha lain dengan modal dana pribadi, tanpa pinjaman. Ia, belajar tentang ekspor dari YouTube dan mengikuti kursus ekspor serta pelatihan menjadi trader.

"Awalnya saya tidak punya barang untuk diekspor, tetapi saya mempraktikkan semua ilmu yang saya pelajari. Alhamdulillah, pada Desember 2021, saya mendapatkan orderan pertama, yaitu ubi untuk dikirim ke Hong Kong," katanya.

Setelah mendapatkan orderan pertama ke Hong Kong sebanyak 5 ton, menurut Rizca, ia dan suaminya pun mulai serius menjalankan bisnis ubi Cilembunya. Yakni, dengan membuat slogan One Stop Solution Kebutuhan Ubi. "Kami tidak hanya menyediakan Ubi Cilembu, tetapi juga ubi ungu, stik ubi, dan berbagai spesifikasi ubi, baik untuk ekspor, supermarket, maupun untuk industri," katanya.

Saat masih berposisi sebagai trader, kata dia, ia belum memiliki gudang atau kebun sendiri, hanya bermitra dengan petani. Tapi saat bermitra tersebut, kerja samanya tidak selalu mulus. Terkadang, kualitas ubinya tidak sesuai standar ekspor. Misalnya, ukurannya tidak seragam dan jumlah yang dikirim tidak sesuai permintaan.

"Kami pun akhirnya belajar tentang pentingnya mengontrol kualitas. Akhirnya kami memutuskan untuk punya kebun dan gudang sendiri," kata Rizca seraya mengatakan, lokasi usahanya berada di Kav Bojongwaru Panuusan blok F no. 7, Baleendah, Kab Bandung.

CV Sinar Bumi Indonesia pun, kata dia, sekarang sudah memiliki kebun di Arjasari, bekerja sama dengan petani sistemnya kemitraan. Namun, karena masa panen ubi sekitar 4 bulan, sambil menunggu panen hasil panen di kebunnya, Ia pun tetap bermitra dengan petani lain.

"Jumlah petani mitra sekitar 5–7 orang, ditambah 10 orang pekerja tetap di kebun. Kami ke depan ingin membentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) agar bisa menjadwalkan pemupukan dan panen dengan lebih teratur agar produksi bisa terus berjalan," paparnya.

Modal awal yang terbatas tidak membuat Rizca patah semangat. Ia memulai usaha dengan bermodalkan semangat, bensin, kuota internet, serta kesabaran yang tinggi. Kini, CV SNR Bumi Indonesia mampu meyuplai sekitar 3–5 ton ubi per pekan, atau sekitar 12 ton per bulan.

Rizca mengungkapkan bahwa sekitar 70 persen produknya diserap pasar lokal, sementara 30 persen sisanya diekspor. Ia tetap optimis mengembangkan pasar ekspor meski tantangannya lebih berat dalam memenuhi spesifikasi produk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement