Kamis 29 May 2025 13:09 WIB

Nasib Pilu TKW Asal Indramayu Sakit Parah di Taiwan, Keluarga Minta Tolong Prabowo, KDM, Lucky Hakim

Keluarga Marini di Indramayu terpaksa harus menjual harta benda milik mereka.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Mujahid (40), menunjukkan foto istrinya, Marini (38), yang terbaring di rumah sakit di Taiwan setelah terjatuh di kamar mandi. Warga Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu itu meminta bantuan kepada Presiden Prabowo, Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi dan Bupati Indramayu, Lucky Hakim.
Foto: Dok Republika
Mujahid (40), menunjukkan foto istrinya, Marini (38), yang terbaring di rumah sakit di Taiwan setelah terjatuh di kamar mandi. Warga Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu itu meminta bantuan kepada Presiden Prabowo, Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi dan Bupati Indramayu, Lucky Hakim.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Nasib pilu dialami seorang pekerja migran Indonesia (PMI) perempuan atau TKW asal Kabupaten Indramayu, Marini (38). Warga Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat itu dikabarkan sakit parah akibat terjatuh saat bekerja di Taiwan.

Marini menjalani perawatan di rumah sakit di Taiwan. Ia terhitung sudah menjalani perawatan selama 17 hari di rumah sakit tersebut hingga Rabu (28/5/2025) kemarin.

Baca Juga

Untuk membiaya perawatan Marini selama ini di rumah sakit di Taiwan, keluarganya di Kabupaten Indramayu terpaksa harus menjual harta benda milik mereka. Meski demikian, masih dibutuhkan biaya untuk perawatan lanjutan.

Untuk itu, pihak keluaga meminta bantuan kepada presiden, gubernur Jabar hingga bupati Indramayu. “Pak Presiden Prabowo, Pak Gubernur Dedi Mulyadi, Pak Bupati Lucky Hakim, tolong bantu istri saya,” ujar Mujahid (40),  suami dari Marini.

Mujahid menjelaskan, istrinya mengalami sakit parah sejak terjatuh di kamar mandi. Saat itu, kepala bagian belakangnya terbentur dengan keras ke lantai hingga akhirnya koma. Pihak majikan yang mengetahui kejadian itu langsung membawa Marini ke rumah sakit. Dari hasil pemeriksaan dokter, kondisi Marini parah dan harus menjalani beberapa kali operasi.

Sejak saat itu, pihak keluarganya terus mengirimkan uang untuk membiayai peawatan Marini. Bahkan saat operasi terakhir beberapa hari yang lalu, pihak keluarganya harus membayar Rp 25 juta. “Uang Rp 25 juta itu dari hasil jual tanah,” kata Mujahid.

Mujahid mengatakan, pascaoperasi itu, kondisi kesehatan istrinya hingga saat ini belum stabil dan masih sulit diajak komunikasi. Ia pun mengaku belum mengetahui kapan istrinya diperbolehkan pulang.

Marini hingga saat ini masih membutuhkan penanganan lanjutan. Namun, pihak keluarga sudah tidak memiliki harta benda lainnya yang bsia mereka jual. “Cuma tinggal rumah ini. Kalau pun harus dijual, ya mau gimana lagi. Yang penting istri saya bisa sembuh,” kata Mujahid

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement