Senin 21 Jul 2025 12:23 WIB

Pernah Dihina Beli Ikan Pasar, Pria Asal Bandung Raih Juara Dunia dan Naikkan Kelas Petani Ikan Koi

Hartono, rajin memberikan benih Ikan Koi untuk para petani

Hartono Soekwanto pemilik hobi ikan KOI asal Bandung yang berhasil menaikkan kelas petani Ikan Koi di Indonesia dengan memberi benih
Foto: Dok Republika
Hartono Soekwanto pemilik hobi ikan KOI asal Bandung yang berhasil menaikkan kelas petani Ikan Koi di Indonesia dengan memberi benih

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Di kalangan para petani mau penghobi Ikan Koi di Indonesia bahkan dunia, nama Hartono Soekwanto, sudah tidak asing lagi di dengar. Karena, pria yang tinggal di kawasan Cidadap, Kota Bandung ini pernah memperoleh Juara Dunia pada 2011 Ikan Koi.

Kemudian, dua tahun berselang, Hartono Soekwanto berhasil berhasil menjadi Grand Champion Nishikigoi Off the World 2013 di Jepang dengan Ikan Koi jenis Kohaku bernama Mu-Lan Legend.

Baca Juga

Hartono Soekwanto menceritakan perjalanannya menjadi Juara Dunia di Grand Champion Nishikigoi Off the World di Jepang. Awal mula Hartono Soekwanto menyukai Ikan Koi ini pada 2008. Saat itu, ia membeli sebuah rumah di kawasan Setrasari, Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat.

Rumah yang ia beli ternyata memiliki sebuah kolam yang tidak terpakai. Hartono Soekwanto pun memutuskan untuk memelihara Ikan Koi yang ia beli seharga Rp150 ribu dari pasar. "2008 itu saya beli rumah. Rumah itu ada kolam kosong, terus saya oprek-oprek. Saya beli ikan yang Rp150.000-an di pasar," ujar Hartono Soekwanto, akhir pekan ini.

Namun, rekan-rekan Hartono Soekwanto ternyata tidak memberikan dukungan kepadanya, justru berbalik menghina karena Ikan Koi yang menghuni kolam bagus itu tidak berkualitas lantaran berasal dari pasar. "Terus datang temen tapi malah ngehina. Ini kolam bagus pakai cor segala macam, tapi isinya Koi lokal," katanya.

Ternyata hinaan dari bibir rekan hingga menembus daun telinga itu menjadi motivasi tersendiri bagi pria 53 tahun ini. Hartono Soekwanto pun memutuskan untuk pergi ke tempat asal Ikan Koi, Jepang.

Perjalanan Hartono Soekwanto di Negeri Sakura terbilang cukup singkat untuk mempelajari Ikan Koi hingga menorehkan prestasi dunia. Ia, hanya membutuhkan waktu dua tahun delapan bulan hingga akhirnya menjadi juara dunia.

"Setelah ikut kontes di sini, dengan Ikan Koi harga Rp50 juta, saya ke Jepang, belajar selama 2 tahun 8 bulan, hingga jadi juara dunia. Saya orang tercepat di dunia, dari belajar nama Koi dan juara dunia," katanya.

Meski sudah merasakan kejuaraan tertinggi, kata Hartono, ia tidak mengenal kata lelah untuk membantu para petani Ikan Koi di Indonesia. Sejak beberapa tahun silam, Hartono Soekwanto memilih menjadi orang di belakang layar di dunia Ikan Koi Indonesia.

Hartono, rajin memberikan benih Ikan Koi untuk para petani mulai dari Jawa Barat (Jabar) hingga Jawa Timur (Jatim). Alasannya pun cukup sederhana, Hartono Soekwanto ingin para petani Ikan Koi di Indonesia mempunyai bibit dengan garis keturunan yang unggul agar dunia menghargai.

"Saya enggak pernah menjual, ngasih indukan saja ke ratusan petani binaan. Supaya teman-teman ini punya bibit, bloodline yang bagus. Ada kepuasan tersendiri memang, tapi dasarnya supaya Indonesia dihargai di dunia," katanya.

Dengan upaya itu, Hartono Soekwanto berhasil menaikkan kelas petani Ikan Koi di Indonesia. Hal itu terpotret dari sejumlah kejuaraan Ikan Koi di Indonesia, Jepang tidak berhasil jadi kampiun. "Lima tahun terakhir ini yang dari Jepang tidak pernah bisa menang di Indonesia. Perlombaan di Jakarta tahun ini, petani dari Kediri bisa menang. Jadi sudah bagus, sudah hebat, petani kita sudah enggak bingung," kata Hartono.

Keberhasilan para petani Ikan Koi di Indonesia tidak hanya tergambar perlombaannya selama lima tahun terakhir di tanah air. Saat ini, mereka sudah bisa mengembangbiakkan Ikan Koi dengan ukuran satu meter. Perkembangan itu cukup pesat, karena dulu hanya mampu mengembangbiakkan Ikan Koi ukuran 55 centimeter tanpa melihat kualitas.

"Sekarang waktunya untuk membantu petani untuk mengejar ukuran yang lebih panjang lagi. Makanya kita lakukan dengan mem-breeding (mengembangbiakkan) yang semeteran," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement