Selasa 05 Aug 2025 14:42 WIB

Tanggapi Kritik Atalia Praratya Soal Satu Kelas 50 Siswa, Dedi Mulyadi Beri Sindiran Halus

Dedi Mulyadi mengatakan Jabar mengalami kekurangan sekolah.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Arie Lukihardianti
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi
Foto: M Fauzi Ridwan
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi menanggapi kritik anggota DPR RI yang juga istri Ridwan Kamil Atalia Praratya tentang satu kelas 50 orang siswa dengan senyuman dan sindiran halus. Ia hanya menjelaskan bahwa Jabar mengalami kekurangan sekolah.

"Gini aja, problem utamanya itu adalah kekurangan sekolah di Kota Bandung, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kota Bogor," ujar Dedi disela-sela acara rapat kerja dan konsultasi nasional Apindo di Kota Bandung, Selasa (5/8/2025).

Baca Juga

Dedi mengatakan, Jabar selama ini kekurangan sekolah karena Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) kurang membangun sekolah dan ruang kelas. Seperti diketahui Gubernur Jabar sebelum Dedi Mulyadi yaitu Ridwan Kamil yang merupakan suami Atalia Praratya.

"Nah kenapa kekurangan sekolah? Karena selama ini pemerintah provinsinya kurang membangun sekolah dan kurang membangun ruang kelas," katanya.

Ia menyebut belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat lebih banyak terkait teknologi informasi. Dedi mengklaim bahwa pembangunan ruang kelas baru banyak dilakukan di masa kepemimpinannya di tingkat SMA sebanyak 38 unit. "Gitu kan belanjanya banyak, dibelanjain teknologi informasi. Kan baru sekarang bangun ruang kelas yang banyak," kata dia.

Saat ditanya terkait minimnya pembangunan sekolah di masa kepemimpinan sebelumnya yaitu Ridwan Kamil, Dedi memilih tidak menjawab hal itu. "Di sebelumnya ya pak (Ridwan Kamil)," tanya wartawan.

"Saya gak tahu sebelumnya apa," jawab Dedi Mulyadi ke wartawan.

Sebelumnya, anggota Komisi VIII DPR RI, Atalia Praratya menanggapi kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengubah rombongan belajar (Rombel). Yakni, dari maksimal 36 siswa menjadi maksimal 50 siswa. Menurut Atalia, kebijakan itu tidak ideal bagi guru dan anak. "Saya menyaksikan ternyata 25 orang sekelas, itu sangat manusiawi. Paling banyak 36 sesuai aturan kementerian (Kemendikdasmen), itu sudah paling banyak," ujar Atalia di Kota Cimahi, Kamis (31/7/2025).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement